I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Jumat, 28 Desember 2012

Wavelenght

Hari ini ada ang ingin Ciel ceritakan..

Hm.. apalagi ini -____-

Kali ini tentang hubungan. 

Hari ini Ciel berpikir bahwa Ciel payah sekali. Ciel yang poker face tidak tahu bagaimana menghibur seseorang. Itu membuat Ciel merasa menjadi manusia paling tidak berguna sedunia. Ingin aku bertanya kepada para lelaki, "Apa yang akan kalian lakukan jika melihat wanita yang menangis di hadapan kalian?" Karena aku tak tahu jawabannya.

Ciel, sejak kecil mendidik diri untuk kuat. Tidak mudah menangis dan cengeng untuk hal remeh temeh. Baru jika menyangkut perasaan mungkin, saya merelakan air mata saya keluar. Dan ada fenomena lain, ketika wanita-wanita lain lebih sensitif terhadap hal-hal yang lain. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan ketika mereka menangis. Yah, hanya memeluk, menggenggam tangannya erat, dan bilang "sudah-sudah". Lantas kau akan bingung ketika dia tetap menangis. Dan yang bisa kau lakukan hanya diam.

Menjadi sosok yang introvert. Yang memagari diri dengan tirai bambu. Yang sulit mengungkapkan perasaannya sendiri. Menghadapi wanita pada umumnya. Membuatku merasa: Aku sungguh payah. Aku berharap bisa banyak berbicara, mengeluarkan lelucon yang mampu membuatnya tertawa. Namun ternyata lidah ini tetap kelu. Tak ada satu katapun yang keluar.

Dan saya takut ini akan terbawa sampai nanti. Sampai ada orang lain di hidupku. Sejujurnya saya memikirkannya. Bagaimana membuat orang yang kau sayangi tersenyum. Terutama di kala mereka sedang bersedih. Dan tak ada kata yang bisa kau ucapkan. Akankah seseorang itu akan tenang hanya dengan sikap yang kutunjukkan. Kata yang mungkin sangat minim sekali. Wavelenght. Aku jadi berpikir kurasa saya hanya bisa hidup jika "the same wavelength" itu terpenuhi. Semoga aku bisa menjadi sosok yang bisa menjadi penenangnya, penghiburnya, dan mampu membuatnya selalu tersenyum dan bersemangat menjalani hari-harinya. The last question: Siapakah "-nya" itu?

Sepotong Hati

Hm.. Memang tahun ini bertema cinta..
Habibie dan Ainun. Dan cinta yang dibahas kali ini adalah seputar dua sejoli yang kurasa kita semua telah mengenalnya..

Well, ceritanya 2 hari yang lalu Ciel habis nonton nih film di bioskop. Okey, sukses bikin nangis. Hahay.
Film ini, saya yakin banyak yang menilai istimewa. Tapi ada beberapa point yang membuat saya terusik.

Jarang sekali Ciel bisa nangis ketika nonton suatu film. Namun kali ini Ciel pun akhirnya menyerah dan memilih meneteskan air mata di menit-menit awal. Scene yang membuat saya menangis adalah ketika Ainun mengutarakan alasannya menjadi dokter kepada Rudi. Huwaaaa.. sumpaaah saya sedih sekali. Begitu banyak alasan seseorang untuk membuatnya berkeinginan menjadi dokter. Tapi saya? Saya merasa belum terpanggil. Itu membuat saya begitu sedih melihat adegan itu. TT^TT

Sebenarnya scene itu yang paling mengena (dalam hal bikin saya nangis)..

Yah, selanjutnya. Ini tentang sosok karakternya. Kurasa sifatnya ada yang mirip dengan saya. Tapi banyak ndaknya. Hahaha ^__^. Yaitu tentang prinsip hidup. Tapi beruntungnya mereka berada di jalur yang mereka minati. Tentang impian. Mereka benar-benar mengejar apa yang mereka inginkan. Sejujurnya itu membuat saya iri. Sangat iriiiiii. Seperti mereka, aku pun ingin hidup sesuai dengan prinsip yang ku anut, dan mengejar impian-impian itu salah satu fokusnya. Yah, tak peduli dengan apalah itu jabatan, uang. Betapa bahagianya mempersembahkan sesuatu hasil kerja keras diri kita sendiri pada orang yang kita cintai. Yah, yang terpenting adalah membahagiakan diri kita, dan orang-orang yang kita cintai di sekitar kita. Kisah cinta dalam kehidupan itu sesederhana itu.

"The same wavelenght". Yah, seperti yang selalu kuutarakan sebelumnya. Bahwa ini adalah tentang kecocokan jiwa. Tak peduli seideal apapun orang di hadapanmu jika jiwanya tidak cocok ya tidak akan ada yang namanya pertautan. Sebaliknya meski banyak kekurangan yang tampak pada diri seseorang namun jika terdapat kesamaan di jiwa, tak ayal bisa jadi dialah potongan hati yang kau cari.

Yang terpenting dari suatu hubungan adalah percaya, saling menghargai, saling mendukung, dan setia.

Tentang gelombang dalam jiwa. Pernahkah kau merasa memiliki "connection" dengan seseorang? Yakni ketika kau merasa seakan mampu merasakan apa yang seseorang rasakan hanya dengan mendengar, atau melihatnya saja. Atau ketika kau berada di negeri antah berantah dengan seseorang yang jauh entah dimana, namun ada sesuatu yang membuatmu merasa terhubung dengannya? Suatu komunikasi yang tersalurkan tanpa kata. Hanya sikap yang berbicara namun hati menyimak dan mengamini. Getaran semacam itu yang pernah kurasakan dalam suatu persahabatan. Ketika diam menjadi penguasa, namun hati justru semakin dekat satu dengan yang lain. Berbicara dalam kesunyian. Saling menyelami pikiran masing-masing. Ah apalah artinya itu. Seperti itulah yang kurasa akan kau dapatkan jika kau telah menemukan sepotong hati yang kau cari.

Tentang Ciel..
Yah, Ciel adalah tipe manusia yang susah sekali bicara. Susah sekali berekspresi melalui suara. Namun ada seseorang yang mampu membaca semuanya melalui mata. Menenangkan dalam diam di kala tangis menyeruak. Menyimak dengan seksama ketika kesal menyelinap di sela wajah. Meresapi kebahagiaan yang terpancar dan menyelami kesenangan masing-masing. Namun seseorang itu hanyalah fiktif belaka.

Seorang Ciel yang tak henti-hentinya menciptakan 'dunia yang ideal' di dalam benaknya. Menciptakan 'teman fantasi' yang memiliki "connection" itu. Huh, padahal ada orang lain dalam kehidupan nyata yang jauh lebih berharga. Seseorang yang dengan kekurangannya menunggu untuk dilengkapi.  Nah, yah. Cara mencari sepotong hati yang masih bersembunyi adalah dengan menunjukkan siapa diri kau yang sebenarnya. Yaitu dengan memperbaiki diri. 

Ciel, INFP ers..

Rabu, 26 Desember 2012

Ketika Saya Pulang...

Hari Senin 24 Desember 2012 saya pulang..

Sebelumnya, Sabtu 22 Desember.. 
Saya 'dipaksa' pulang. Ini sangat aneh. Tak pernah mereka memintaku pulang seheboh kali itu.
Dan saya bersikeras ingin tetap tinggal di Surabaya. Hm.. dan tak pernah saya semarah itu gara-gara disuruh pulang. Padahal saya mau mengucapkan 'Selamat Hari Ibu' via telepon, namun akhirnya kuurungkan karena situasi yang 'tidak mengenakkan'. Akhirnya kata itu kuucapkan melalui sms.
Selamat hari ibu. Silvi sayang mama.
Pada akhirnya mereka bilang, ya sudah besok pulang ya? Dan saya yang tidak yakin hanya bilang 'gak tau'..

Hari Minggu...
Pagi hari mereka segera menyuruhku berangkat. Namun saya menolak. Karena truz dipaksa saya akhirnya beralasan saya harus belajar, dan mereka menyerah tapi tetap meminta saya pulang esoknya. Dan saya mengiyakan.
Padahal selama di kosan Ciel sama sekali tidak belajar, karena penat, banyak pikiran, dan malah nge game. Saya juga sempat 'kesal' dengan opini teman. Saya kesal dengan diri saya, lingkungan saya, pendidikan saya, dan semuanya.

Hari Senin...
Ciel bilang kalau kehabisan tiket kereta dan ndak mau naik bus.
Ayah dan Ibu berkeras saya harus pulang. Pada akhirnya saya pulang naik kereta malam.

Di rumah saya bertanya tentang hasil lab saya..
Saya memiliki pembesaran kelenjar thyroid dan beberapa minggu yang lalu saya tes ke lab. 
Ibu bilang sudah ke dokter yang merujuk saya namun belum ketemu. Jadi Ibu memilih berkonsultasi ke dokter di Puskesmas. Dan kebetulan dokter ini yang dulu menangani ayah saya yang pernah kena hipertiroid. Dokter yang sudah sangat senior. Namun inilah yang membuat saya tercengang. Dokternya mengatakan sesuatu yang luar biasa hanya dengan melihat hasil tes lab saya.

Hasil tes lab saya:
kadar T3 1,5 (Normal : 0,6 - 1,85 ng/ml)
kadar T4 13,3 (Normal : 5,0 - 13,0 ug/dl)
kadar TSH 1,4 (Normal : thyroid : 0.4 - 7,0 ulU/ml)
dari diagnosis dokter sebelumnya saya terkena gondok/goiter/struma 

Dari yang ibu ceritakan kepada saya dokter menilai bahwa 'kok umur segini sudah kayak begini'. Yang saya tangkap meski saya tidak tahu seabnormal apa kadar tiroid saya, tapi dokter merasa di usia 20 tahun kadar tersebut tidak semestinya seperti itu. Dokter bilang pasti anak ibu ada pikiran sesuatu. Ibu saya  membenarkan mungkin gara-gara anak saya banyak kegiatan dok, dia aktif di kegiatan keagamaan, lagipula dia juga kuliah di kedokteran dok pasti gara-gara pelajarannya. Tapi dokter bilang sepertinya ndak gara-gara itu, bu, tapi ada sesuatu yang lebih dari itu. Ada masalah lain yang lebih berat.
Ibu diberi saran agar "buka mata lebar-lebar, pasang telinga lebar-lebar, dan mulut sedikit bicara" maksud dokter adalah agar Ibu lebih memperhatikan saya, lebih mendengarkan saya, dan tidak benyak mengomeli saya. Saya tersentak mendengarnyaa. Saya rasa dokter ini benar. Saya sedang mengalami krisis dalam kehidupan. Saya benar-benar terbelit dalam masalah. Tentang diri saya. Yah, dok, Anda benar. Sesuatu itu hampir membuat saya gila.
Ada hal yang paling mencengangkan dari semua itu. Ketika dokter memberi komentar ketika ibu bilang bahwa saya aktif di organisasi keagamaan. Beliau berkata."Untung anak ibu menyibukkan diri di kegiatan keagamaan. Kalau tidak ini bisa ke arah narkoba lho. bu.". Jujur, Tuhan, saya takuuut. Kurasa itu bisa benar. Jika dulu saya tidak mengenal rohis bisa jadi saya tidak selamat seperti sekarang. 

Yang saya bingungkan sampai sekarang bagaimana dokter bisa tahu hanya dengan melihat tes lab saya. Padahal saya tidak disana. Hanya ibu seorang yang ada disana.

Disisi lain. Selama ini saya memang selalu mejadi anak baik-baik. Selalu 'taat dan patuh' (meminjam istilah ibu saya) kepada orang tua. Mereka tidak pernah tau tentang Ciel yang sebenarnya. Tentang masalah yang Ciel hadapi. Dan bukan haya mereka. Mungkin sebenarnya tidak ada yang benar-benar tahu. Ciel yang kukenal memang lebih suka menyimpan semua masalahnya sendiri dengan dalih tidak ingin membebani orang lain, tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain dengan cerita sedihnya. Namun hal ini sejujurnya menggerogoti diriku semakin dalam dan semakin dalam. Sosok yang menjadikan segala sesuatu menjadi bebannya sendiri. Saya membenci sosok yang seperti itu. Tapi itulah saya selama ini. Sejak saya kecil. Masa lalu yang membentuk Ciel yang sekarang.

Namun saya berterima kasih kepada seseorang, dan beberapa yang lain. Karena kehadiran mereka saya mampu bertahan. Saya yang selalu berpura-pura sok kuat di hadapan yang lain, namun sebenarnya sangat rapuh, serapuh tumpukan pasir yang dengan mudah terbawa angin.

Hari itu saya benar-benar menyadari bahwa masalah saya sangat serius. Sang Dokter sangat benar. Mungkinkah saya butuh pertolongan? Saya belum meutuskan. Saya masih ingin bertahan sendiri.

Arigatou minna~
Percaya bahwa saya akan baik-baik saja. Daijoubu da yo~

Jumat, 14 Desember 2012

Jika Suatu Saat Nanti Kau Jadi Ibu


Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Asma' binti Abu Bakar yang menjadi inspirasi dan mengobarkan motivasi anaknya untuk terus berjuang melawan kezaliman. "Isy kariman au mut syahiidan! (Hiduplah mulia, atau mati syahid!)," kata Asma' kepada Abdullah bin Zubair. Maka Ibnu Zubair pun terus bertahan dari gempuran Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi, ia kokoh mempertahankan keimanan dan kemuliaan tanpa mau tunduk kepada kezaliman. Hingga akhirnya Ibnu Zubair syahid. Namanya abadi dalam sejarah syuhada' dan kata-kata Asma' abadi hingga kini.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya. Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun. Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar. Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih. Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain. Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur'an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu. Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah. Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab. Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah. Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya. Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: "Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!". Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya, tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi'i.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu. "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram...", katanya memotivasi sang anak. "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram...", sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan. Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu, jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses. Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan "Kamar DR. Zewail" di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri. Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999.

*copas*

Selasa, 11 Desember 2012

Seperti Apa Anda Mengukir Sejarah?

Dear Ciel,

Mati adalah awal kehidupan. Hidup adalah pangkal kematian. Hidup dan mati, datang silih berganti, tidak ada yang kekal abadi. Itulah hukum alam yang hakiki. Oleh sebab itu, jangan takut mati, jangan mencari mati. Selama hidup, lebih baik bersegeralah perbanyak kebaikan, syukuri diri dalam keadaan apapun, dan tahu diri di manapun. Bebas, lepas, tidak terikat dan melekat, cerah ceria, berpikir optimis dan positif setiap saat, insyaallah hidup senang, mati tenang. :-)

////////////////////////////////////////

Kisah Nyata...
Pagi itu seorang pria menjalani rutinitasnya seperti biasa. Sebagai seseorang yang mempunyai relasi luas dan sibuk, ia selalu menyempatkan diri untuk membaca kolom pengumuman termasuk juga kolom berita kematian. Tiba-tiba matanya membaca sebuah berita, berita yang sangat mengejutkan dan membuat bulu kuduknya merinding. Ia sedang membaca berita kematiannya sendiri. Pria ini terhenyak, ia lalu bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ia masih hidup? Apakah saat ini ia ada di dunia atau di alam baka? Saat ia menyadari bahwa ada sebuah kesalahan dalam berita ini, mungkin karena memiliki nama yang sama,
pastilah redaksi koran ini telah melakukan kesalahan. Namun karena rasa penasaran ia pun melanjutkan membaca berita tersebut. Ia ingin tahu apa tanggapan orang mengenai dirinya. Dalam artikel itu ia disebut dengan panggilan 'raja dinamit' telah wafat. Pada bagian lain ia juga disebut sebagai 'partner dewa kematian'. Ia terkejut bukan kepalang, apakah seperti ini dirinya akan dikenang
oleh orang-orang? Kejadian ini membuka pikirannya, ia lalu memutuskan bahwa ia tidak ingin dikenang seperti itu. Ia bertekad mulai saat itu juga ia akan berjuang
demi kedamaian dan kemanusiaan. Begitulah akhirnya, pria yang bernama
Alfred Nobel ini dengan tekadnya ia berusaha hingga pada akhirnya namanya
diabadikan dalam hadiah perdamaian--yaitu Nobel Prizes. Bagaimana dengan Anda? Seperti apa Anda ingin dikenang oleh orang-orang yang Anda tinggalkan? Warisan apa yang akan Anda sumbangsihkan demi mashlahat umat banyak? Apakah orang-orang akan mengingat Anda dengan penuh cinta dan rasa hormat? Mari kita bersegera lakukan sebanyak kebaikan, mulai hari ini, detik ini,  saat ini juga.

Salam hangat dari temanmu,
Ahira



Selasa, 04 Desember 2012

Daisuki, minna~

Sebenarnya yang membuat semua ini begitu semu adalah perbuatan kita. Ah, bukan. Hanya perbuatanku kurasa.
Yang tahu hanya diriku sendiri. Tentang "role play" yang sering kumainkan sedari aku kecil. Bahwa aku lebih suka bermain dengan diriku sendiri, tenggelam dalam pikiranku sendiri, dalam perasaanku sendiri. Dibanding bermain dengan teman-teman yang benar-benar hidup di sampingku. Dalam kehidupan nyataku. Namun itu sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Aku sangat senang berteman dengan mereka, hanya aku selalu memiliki rasa takut. Takut atas pengkhianatan, takut atas kehilangan. Sehingga aku selalu memberi segumpal jarak pada setiap orang. Agar tidak begitu menyakitkan jika terjadi sesuatu terhadap kami. Namun hal itu justru membuatku semakin merasa sendiri. Dan membuatku semakin tenggelam dalam-dalam atas dunia imajiner yang senantiasa kuciptakan. Aku berkutat dalam permainan yang kubuat sendiri. Bermain role play, menjadi sosok apapun yang kukehendaki.
Meski hal itu telah terjadi bertahun-tahun silam. Meski keberadaan teman, kawa, dan sahabat disampingku telah begitu nyata kurasa. Namun kurasa role play itu tak sepenuhnya hilang. Apa benar jika Tuhan menciptakanku bersama dunia kesemuan. Di usiaku yang sekarang bahkan. 'Jika kau ada maka aku tahu ada yang salah dengan diriku'. Itu kataku padamu waktu itu. Dan betapa lihai aku menciptakan kamuflase dengan menciptakan role play itu di kehidupan nyata. Aku menjadi begitu dekat dengan beberapa orang karena role play yang kumainkan. Apa ini juga semu? Aku tak pernah tahu jawabannya. Namun, karena kutahu bahwa sebenarnya kalian adalah nyata, aku begitu senang dengan keberadaan kalian. Meski aku tak pernah benar-benar bisa melihat kalian, menyentuh kalian, atau berbicara dengan kalian. Dream is create your imagination into reality. Namun aku sendiri tak memahami apakah ini adalah mimpi juga. Ketika aku memiliki kalian. Orang-orang yang begitu berharga dalam hidupku. Meski aku tak benar-benar memiliki kalian. Semua ini adalah semu, namun semua ini adalah nyata. Itu bagian terpenting yang membuat ikatan ini begitu berarti. Aku tak akan pernah bisa menyampaikan. Tapi aku senang. Aku bahagia. Aku merasa beruntung kalian ada di sampingku saat ini. Dan sekali lagi mungkin aku tak akan pernah bisa menyampaikannya. Betapa berharganya kalian. Betapa berartinya kalian di hidupku. Dan kata-kata pun tidak akan pernah cukup. Tapi.. terima kasih. Arigatou, minna~
Aku akan selalu mengingatnya "Aku berharap kau mendapatkan teman yang baik dalam kehidupan nyatamu, Ciel. Aku berharap kau pun menemukannya. Seseorang yang benar-benar ada di sampingmu."
Aku akan berusaha menjalani hidup ini dengan lebih baik lagi. Aku akan hidup dengan positif. Aku akan menunjukkan betapa cerianya hariku, betapa cerahnya langitku. Sehingga tiba hari ketika hanya kebahagiaan yang aku bagi bersama kalian. Sehingga kalian tak perlu lagi mendengar cerita sedihku.
Karena kalian aku ada disini, bertahan di titik ini. Meski aku bukan siapa-siapa. Meski kalian bukan siapa-siapa. Namun harga dari apa yang telah kita saling utarakan tak akan pernah bisa diganti dengan apapun. Daisuki minna san~ ^^

Connection

Ketika aku melihatmu dari jauh aku lega karena kulihat kau tampak baik-baik saja. Meski aku tak perlu menyapamu lagi, tak perlu berbincang panjang denganmu lagi. Syukurlah, kau baik-baik saja.
kau memiliki teman-teman yang menyenangkan. Kau benar-benar bergerak maju, sahabatku. Aku sungguh senang melihatnya. Kau tahu setiap kali aku membayangkan betapa bahagianya dirimu saat ini aku selalu mengingat senyum yang kau kembangkan setiap kali di hadapanku. Dan kau tahu setiap kali mengingatnya tanpa sadar aku pun ikut tersenyum. Yokatta, semua baik-baik saja untukmu.
Ada hal yang selalu ku takutkan ketika dulu kita berpisah. Yaitu tentang kenangan kita. Aku sangat menyayangimu, sahabatku. Sangat menyayangimu. Kau, tahu betapa beruntungnya aku karena mengenal orang sepertimu. Aku sangat bahagia karena kau adalah temanku. Meski tak banyak hal yang sempat kita bagi. Meski waktu itu berjalan begitu singkat. Meski perpisahan kala itu tiba begitu cepat. Namun hati kita sungguh telah tertaut.
Dan kau tahu, sahabatku. Hingga kini aku masih hidup dengan bayangan masa lalu. Tentu saja tak akan ada yang bisa menggantikanmu. Tak akan pernah ada. Aku tak sehebat dirimu, teman. Jika kau tahu, aku begitu sering merasa sepi. Aku tidak berteman dengan baik disini. Namun bagaimanapun dengan caraku sendiri aku telah menemukan teman-teman baru. Namun tetap saja ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang pergi bersama masa lalu.
Kini, aku tak terlalu peduli terhadap diriku. Kulihat kau telah bahagia disana. Dan aku akan senantiasa berdoa untukmu, sahabatku. Aku pun akan berjuang. Aku akan berusaha menjalani hidup ini dengan lebih baik lagi. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi dengan kondisi yang berbeda. Dan akan kupastikan bahwa aku akan menjadi manusia yang lebih baik, sahabatku. Seperti yang selalu kita lakukan dulu. Mengucapkan kata "SEMANGAT!" untuk satu sama lain. Aku akan berusaha bergerak maju. Meski menyakitkan. Meski tidak mudah berdiri membelakangi masa lalu. 'Kau bisa percaya padaku'. Aku akan mengatakan itu padamu. Meski aku ragu, meski aku tak yakin terhadap diri ini. Setidaknya ada satu hal yang telah pasti. Aku bahagia melihatmu bahagia. Aku akan selalu merindukanmu, dan tak sabar bertemu denganmu. Uhibbuki fillah..