I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Kamis, 25 April 2013

Elegi Langit dan Bumi


Elegi Langit dan Bumi (Berdamai dengan apa yang tak bisa kau raih)

Kali ini izinkan aku berbicara kepada langit.

Dear, langit..
Sosok yang selalu kokoh, sosok yang selalu mendengar.
Disini Ciel berbicara.
Jika di tangan kananku ada hal yang tak kau sukai namun banyak orang menyukainya sedang di tangan kiriku ada hal yang kau cari namun dengan memilihnya akan membuat beberapa orang terluka, mana yang akan kau pilih?
Aku tahu kau akan memilih apa yang ada di tangan kananku.
Karena kau adalah langit..
Sosok yang memberi, sosok yang mencintai.

Namun aku adalah Ciel. Aku tak pernah berpikir bisa menyamaimu.
Tentu aku ingin memilih apa yang ada di tangan kiri, karena aku adalah manusia.
Tapi langit, kau membuatku memilih apa yang kau pilihkan untukku.
Sadarkah kau telah melukaiku?
Aku merasa linglung tak berdaya.
Kukira kau telah merampas harapanku, impianku, segalanya.
Namun seseorang berkata, “Racun itu hanya sesaat yang akan bermetarmofosa menjadi obat”
“Sedikit lagi”, katanya. “Bersabarlah sedikit lagi”.
Tapi kau langit tak pernah mengajariku cara bersabar, sehingga aku berpaling darimu dan bersua dengan bumi.
Padahal aku terbiasa melihatmu, aku si penggemarmu nomor satu yang merasa dicampakkan.
Karena kau adalah langit..
Sosok yang angkuh, sosok yang tak terkalahkan.

Dan kutahu bumi begitu mencintaimu meski ia tak mungkin mendapatkanmu.
Karena bumi mewariskan sifat pada manusia, meski ia kuat sebenarnya dia rapuh.
Karena ia adalah bumi..
Sosok yang mudah terluka, sosok yang tegar.
Kepadanya aku mengenal jatuh.
Jurang yang begitu dalam yang menjauhkanku darimu, langit.
Beban yang ia tanggung begitu berat. Manusia yang selalu menimpakan luka kepadanya.
Kepada bumi aku belajar menunduk.
Dalam ruang yang ada ia terbiasa kehilangan.
Pada bumi aku belajar berdamai dengan perasaan.

Dear langit,
Sosok yang ramah, sosok yang murah senyum.
Meski kau tak pernah menyentuhnya, kau selalu berusaha menolongnya.
Kau kirimkan rintikmu, kau kirimkan cahayamu, kau kirimkan sejuk anginmu.
Karena bumi mewakili hati manusia yang ingin dicintai.
Kau berikan ia harapan untuk terbang melalui burung-burung yang hinggap di dahannya.
Menengadah menuju harapan cahaya yang kau tebarkan.
Menepis luka dengan sejuk angin yang kau hembuskan.

Dear langit,
Aku berkata kami adalah kami, dan kamu adalah kamu.
Aku adalah diriku. Dan kau adalah dirimu.
Setiap yang kita pilih memiliki resiko masing-masing.
Setiap kehebatan memiliki tanggung jawab sebatas levelnya.
Kami tak pernah menjadi dirimu.
Namun kami mampu menyamaimu dalam kadar kami.
Dengan ketegaran, ketabahan, dan kedamaian yang bersemayam di hati kami.
Meski bumi mencintai langit, ia cukupkan apa yang ada dalam dirinya.
Bersyukur atas apa yang ada, itu yang bumi ajarkan padaku.

Mewakili bumi, aku berkata bahwa meski tak dapat mencapaimu, aku telah mewarisi harapan yang kau beri.
Aku akan terus menjulang diantara pepohonan ketabahan.
Aku akan terbang tinggi bersama sayap-sayap impian.
Karena cinta bumi kepada langit hanya cukup sampai disini.
Cukup dengan memberikan yang terbaik.
Karena cinta tak harus memiliki.
Ciel,  25 April 2013

Hujan (Kerinduan)


Hamparan jiwa yang gersang, terkikis kemarau kesedihan, tercemar ketakutan akan ketidakpastian, tenggelam dalam lautan kehampaan.
Petak-petak itu kesepian. Jembatan penghubung tersamar oleh kabut bayangan. Cahaya yang dinanti tak kunjung datang. Begitulah manusia dalam keputusasaan.
Rintikan kedamaian itu terlintas dalam berkas memori.
Kau yang hadir disana bernapaskan literatur kebahagiaan dari langit.
Hati yang tak kuasa pada saatnya mencapai batasnya.
Hampir terpejam, namun tak berdaya untuk mengalah.
Hujan akhirnya kau datang.
Andai harus menunggu seribu tahun lagi, belum tentu manusia sabar.
Tapi kau telah membayar segala ketabahan.
Hujan, ku merinduimu..
Karena hujan adalah makhluk, karena hujan adalah waktu, dan karena hujan adalah ruang,
Karena hujan adalah jembatan yang menghubungkan badai menuju pelangi.

Ciel, 25 April 2013

A Piacere

The cloud that always changes all over the time
Shaped, gathered and separated
Sometimes goes fast or slow
Flowing without knowing the reason 
Manusia datang dan pergi
Silih berganti seperti musim
bermekaran, berguguran, cerah maupun gersang
terkadang dingin dan kaku, terkadang hangat

Seperti memberi, mencintai membutuhkan pengorbanan
Dan seperti luka, cinta selalu menyisakan jejak
Meski waktu mampu menyembuhkan
Tapi kepingan akan terlahir sebagai kenangan

Meski berjalan sendiri namun selalu beriringan
Bersama melalui ruang dan waktu
Kau jauh di langit dan aku di bumi
Meski berulang kali mencoba namun tak bisa bersatu

Selalu melihat ke atas, menatap ke cahaya
Menggumamkan kata semangat dan terus berharap
Meski banyak kebuntuan namun tetap berpura-pura kuat
Karena melihat senyuman langit selalu membuat impian bersinar
 Ciel 2013

Karena cinta tak pernah sama

Suka, cinta, sayang. Apa itu?
Kau bilang suka. Apa itu suka? Kau bilang cinta. Apa itu cinta? Kau bilang sayang. Apa itu sayang?
Rasa itu seperti warna. Atau mungkin bumbu. Bisa jadi semacam aroma kehidupan. Rasa itu mungkin hanya ilusi. Seperti rasa jeruk atau strawberry atau mungkin rasa cokelat.
Rasa itu hanya rasa. Rasa yang pada akhirnya akan berlalu juga. Pergi juga. Hilang ditelan angin oleh masa dan rasa lainnya.

Besok akan menjadi hari ini. Dan hari ini akan menjadi kemarin.
Nanti akan menjadi kini. Dan kini akan menjadi dulu.
"Sekarang aku menyukaimu" akan menjadi "Dulu aku menyukaimu.

Karena kita adalah manusia dalam dunia yang bergerak.
Pergerakan tidak akan membuat semua akan tetap sama.
Karena tak ada yang pernah sama di dunia ini.
Pada akhirnya semua akan berubah.
Seperti ulat lalu menjadi kepompong lantas kupu-kupu.
Setiap manusia selalu menginginkan tuk jadi lebih baik kan?
Kita semua tak akan pernah sama.
"Aku yang kini" akan menjadi "aku yang dulu".
"Cinta yang ini" siapa yang tahu akan menjadi apa nanti.
Karena cinta tak pernah sama.

Teruntuk seseorang yang pantang menyerah, penghargaanku atasmu yang menjaga "rasa itu" hingga kini. Tapi, tidak bisakah kau menyerah?