I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Selasa, 17 Juli 2012

Cinta Platonik

Cinta Platonik...

"Cinta platonik itu unik, jenis cinta ini tidak seperti kisah percintaan telenovela atau film-film drama Bolliwood, cinta platonik adalah cinta yang disimpan dalam hati lalu dilem rekat-rekat, cinta rahasia yang tidak perlu dimanifestasikan seperti cara film drama memanifestasikannya. Raditya Dika bilang ini namanya ‘cinta diam-diam’, Atikah sering menamainya sebagai ‘love in silent postulate”, sebagian lagi menyebutnya sebagai ‘cinta pra-nikah’ dan para pencari Tuhan menyebutnya sebagai ‘cinta Fatimah’."
Banyak sekali manusia di luar sana yang sedang sibuk menggalaukan diri atas nama 'cinta' membuat saya tergelitik untuk memasang tema Cinta di bulan Juli. Hah? kenapa harus membahasnya sekarang? Tak ada alasan khusus sebenarnya. Mungkin ini saat yang tepat untuk menjemput akhir usia 19 tahunku yang bulan depan akan lewat. Hikz, sepertinya saya mulai memahami kalau saya sudah beranjak 'menua'. Namun belum 'mature' juga, hehehe.

Hm... kenapa juga harus memilih bulan Juli. Kalau boleh mengarang alasan, mungkin karena nama bulan Juli mengingatkan saya pada seseorang yang memiliki cinta romantis yang posesif, Sang Caius Julius Caesar dimana penamaan bulan lahirnya (Juli), berbarengan dengan tahun kematiannya. Sedikit membahas bulan Juli, nama bulan Juli sebenarnya adalah Quintilis yang bermakna 5, dihitung jika bulan Maret menjadi bulan pertama dalam tiap tahunnya. Sedangkan yang memberi nama Julius dalam bulan itu sendiri adalah seorang jenderal yang pada akhirnya juga menjalin cinta dengan kekasih rajanya, Cleopatra, pasca sang Caesar terbunuh: Marc Anthony
Sudah, sudah, sekarang selesai sudah bicara tentang sejarah. Kata orang: "Lupakan masa lalumu. Tunjukkan masa depanmu!", hehehe xD

Tentang cinta...
Sudah tak ada alasan bagi Ciel lagi untuk menghindari pembahasan mengenai hal ini. Hm... hitung-hitung persiapan menjemput 'hari H' jika suatu hari bertemu dengan sosok bernama amore itu. hehe...

Sebenarnya konsep cinta platonik sudah kukenal dan kuamini sejak dulu dulu kala. Meski dengan sedikit adanya kesepakatan bukan berarti saya menjadi golongan kaum Platonian.

Okey, mungkin masih ada yang kurang begitu familiar tentang cinta platonik. Saya akan mencoba menjelaskannya sebentar. 

Bagi saya inilah cinta. Cinta yang begitu sering kuucapkan hingga kini, itulah bagian dari konsep Cinta Platonik. Mungkin saya setuju dengan konsep cinta para Platonian bahwa cinta itu adalah saling menghormati dan saling menjaga. Seperti sajak puisi dari Kahlil Gibran bahwa "Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki. Karena cinta telah cukup bagi cinta". Platonian mungkin tidak mengenal cinta posesif meskipun cinta semacam itu sejatinya telah bersemayam di hati manusia, hanya saja kadarnya yang berbeda-beda. Tentu saja, setiap dari kita selalu memiliki keinginan untuk bersama dengan yang kita cintai.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Platonik berarti sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu birahi cinta. Itu berarti cinta platonik adalah cinta tanpa ada unsur seksual, konsep cinta yang sangat jauh dari kata posesif. Ada yang mengatakan cinta ini adalah cinta yang hanya dapat dirasakan oleh hati. Cinta yang sulit diucapkan, namun mampu menelurkan kata-kata indah melalui goresan-goresan pena. Mungkin para sastrawan menyairkan puisi cinta mereka melalui perjumpaan mereka dengan cinta platonik.

Berbicara tentang cinta, bukan saja berarti hubungan antara pria dan wanita. Bisa jadi cinta adalah hubungan kasih antara ibu dan anak, antar saudara, antar teman, atau antara Pencipta dan makhluk-Nya. Dalam konsep cinta platonik, cinta berarti perasaan yang sangat dalam tanpa ada keinginan untuk memiliki, inilah yang dinamakan cinta tanpa pamrih, namun bukan berarti cinta yang mengorbankan diri sendiri. Cinta platonik yang mungkin tidak membutuhkan kata, karena bukan mulut, melainkan hatilah yang berbicara.

Mungkin saya pernah menjumpai perasaan semacam ini. Yaitu cinta yang tak terperi, cinta yang tidak bisa diungkapkan, cinta yang tak membutuhkan perjumpaan, karena cukup dengan pertautan jiwa. Yah, lagi-lagi saya mau mengutip kata Gibran, "Cinta berasal dari kecocokan jiwa". Cinta semacam ini kutemukan dalam persahabatan. Cinta semacam ini lebih kekal dibandingkan sekedar cinta yang dipenuhi cumbu rayu seperti remaja-remaja kebanyakan. Karena cinta platonik yang kuamini berarti begitu dalam. Mungkin benar, cinta semacam inilah yang mempertemukan Ali dan Fathimah. Cinta semacam inilah yang membuat Khadijah jatuh cinta tidak hanya sekali kepada Rasulullah, melainkan jatuh cinta untuk kedua kali, ketiga kali, dan seterusnya pada orang yang sama. Cinta platonik adalah cinta yang tumbuh dan mekar sepanjang masa. Bukan cinta yang cepat tumbuh dan mekar dimana-mana namun cepat layu dan kemudian mati.

Mengapa ada yang menyebut cinta platonik sebagai 'cinta pra-nikah'? (padahal ndak juga). Saya akan mencoba menjawab. Mungkin karena cinta ini terbingkai dalam bentuk penghormatan dan penjagaan. Saya sering mendengarnya, sering menjumpainya di sekitar saya. Jika kalian sering bertemu dengan manusia yang sering menyebut dirinya 'ikhwan' dan 'akhwat', konsep cinta platonik kurang lebih sama dengan konsep cinta yang mereka anut. Mungkin karena itu ada yang menyebutnya sebagai 'cinta dalam diam'. Mencintai dari kejauhan, dalam kesederhanaan, dalam keikhlasan. Karena cinta platonik adalah cinta yang mengalir lembut, cinta yang menyerahkan segalanya kepada takdir. Mungkin mereka para penganut hal semacam ini lebih percaya dengan jargon 'semua akan indah pada waktunya'.

“Kadang kau harus meneladani matahari. Ia cinta pada bumi; tapi ia mengerti; mendekat pada sang kekasih justru membinasakan.” 

― Salim A. Fillah

Cinta Platonik telah terukir sepanjang sejarah. Seperti cinta dalam hati antara Ali dan Fathimah, seperti Salman Al Farisi dan Abu Darda dengan cinta tak harus memiliki, seperti cinta ibu kepada anak yang telah digaungkan sepanjang masa.

Yah, begitulah cinta. Begitu sederhana sekaligus begitu rumit. Terserah seperti apa kalian memilihnya.

Karena yang saya pahami cinta platonik akan menjadi cinta yang indah jika dijalani dengan ikatan yang semestinya.

“Bahwa cinta adalah persoalan berusaha untuk mncintai. Bahwa cinta bukanlah gejolak hati yang datang sendiri melihat paras ayu atau janggut rapi. Bahwa sebagaimana cinta kepada Allah yang tak serta merta mengisi hati kita. Karena cinta memang harus diupayakan. Karena cinta adalah kata kerja. Lakukanlah kerja jiwa dan raga untuk mencintainya. Kerjakan cinta yang ku-maksud agar kau temukan cinta yang kau-maksudkan. Karena cinta adalah kata kerja. Cinta-mata airnya adalah niat baik dari hati yang tulus. Alirannya adalah kerja yang terus menerus.”

― Salim A. Fillah 
Untuk sahabatku, saudariku, cintaku, matahariku, kamu, kamu, dan kamu. Salam cinta dariku. Loving you as always. 

Dalam cinta terdapat mimpi dan harapan
Dengan cinta akan terhimpun kekuatan untuk mencapai tujuan
.:Cinta Platonik: Carl & Ellie:.

2 komentar:

Nitemare mengatakan...

Mantap...
:-)

CN Hurriyah mengatakan...

arigatou ^^