I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Sabtu, 16 Februari 2013

Jitensha Indonesia Translation


Aqua Timez - Jitensha (Sepeda)
Translated by : Septri Lee

Di suatu sore yang cerah, di sebuah taman dengan halaman rumput yang luas
Sambil duduk di bangku bercat putih, kau menatap jauh sambil bergumam “sampai mana kebahagiaan akan berlanjut?”
Kau menahan air mata dalam sebuah kedipan

Aku pun tak mengerti akan hari esok
Terlebih lagi tentang kita berdua sepuluh tahun mendatang
Yang dapat kita jalani hanya lah masa ini
Karena itu aku melepas keabadian dan memeluk mu erat sekarang

Melajulah, melajulah sepedaku
Aku akan mengantar mu ke mana pun
Agar impian tidak berakhir hanya sebagai impian
Agar tidak menyalahkan takdir
Di bawah langit biru ke tempat di mana bunga bermekaran
Kita mulai berjalan

Hati ku dan hati mu seperti senar gitar yang saling terhubung
Jika dipetik melodi seperti apakah yang tercipta?
Sambil bergandeng tangan erat, aku akan membuat sebuah lagu yang menyenangkan
Walaupun bukan lagu yang bernada indah tapi tidak apa-apa

Sebuah awal pasti datang ke sebuah akhir
Bunga yang mekar suatu hari akan gugur
Tapi pasti kita dilahirkan ke dunia ini bukan hanya untuk menyanyikan lagu sedih

Melajulah, melajulah sepedaku
Aku akan mengantarmu ke mana pun
Walaupun impian yang kita lukiskan sekuat tenaga terlihat bodoh bagi orang lain
tapi impian kita bagi kita adalah kenyataan yang bersinar

Melajulah, melajulah sepedaku
Aku akan mengantar mu ke mana pun
Seandainya di tempat perhentian itu hujan kesedihan masih tetap turun
Dengan seluruh kekuatanku sebisa mungkin aku akan mencoba melindungimu

Di Bawah Langit..

Di bawah gemerlap bintang kau menyapaku.
Kau tersenyum indah. Lebih indah dari mutiara yang bersinar di langit.
Kau adalah mimpi. Mimpi yang menjemput malam. Membawanya terbang jauh ke padang ilalang.

Di bawah matahari kau menyapaku.
Kau tersenyum hangat. Lebih hangat dari cahaya musim panas.
Kau adalah semangat. Semangat yang membuatku berdiri dari setiap kejatuhan dan berlari. Berlari menembus cakrawala.

Di bawah rembulan kau menyapaku.
Kau tersenyum menyejukkan. Lebih sejuk dari salju yang berguguran malam itu.
Kau adalah keteguhan. Keteguhan yang melangkah bersama kakiku. Membuatku terus maju hingga mencapai tujuan.
under the same sky

Mata itu..

Mata itu penuh kesedihan.
Dingin dan penuh luka.
Redup dan penuh kesepian.

Mata itu teduh seperti awan,
membaca segala hal.
Tertutup untuk direnungkan.

Mata itu tak bicara.
Hanya membaca,
hingga kata pun tak dibutuhkan.

Mata itu tak mampu mendengar.
Hanya melihat.
Kemudian merasakan.

Bahwa Cinta itu Memberi

Bahwa cinta itu memberi.
Seperti matahari yang memberikan sinarnya.
Seperti awan yang memberikan rintiknya.
Seperti pelangi yang memberikan warnanya.
Seperti angin yang memberikan sejuknya.
Seperti api yang memberikan hangatnya.
Seperti kata yang memberikan maknanya.
Cinta itu tumbuh dan mekar.
Seperti bunga yang memberikan wanginya.

Berjalan Bersama

Aku berjalan bersamamu. Merangkai mimpi bersamamu. Bertujuan satu. Untuk menggapai langit. Langit yang lebih tinggi. Yang tertinggi.

Aku berjalan bersamamu. Melangkah beriringan. Hingga waktu membuat kita berseberangan.
Aku berjalan sendiri. Kau berjalan sendiri. Kita berjuang di tempat masing-masing. Masih satu dalam tujuan.

Perpisahan bukan akhir dari kebahagiaan. Karena bahagia itu akan terus berlanjut. Jika tidak sedang disini, pasti dia sedang di suatu tempat. Namun ia pasti kembali.

Aku berjalan sendiri. Namun langkah kita tetap bersama. Kita terpisah ruang dan waktu.
Aku akan tetap berjalan meski tak lagi bersama. Karena kutahu kau pun terus melakukan hal yang sama. Hingga kita bertemu di tujuan yang satu.

Purnama

Tak pernah kukatakan. Tak pernah kuungkapkan.
Semua kusampaikan tanpa kata. Pada bayang-bayang atau cahaya.
Kuhamparkan pada langit atau bumi.
Kudiamkan.
Semuanya. Isak maupun tawa.
Kuarungi tanpa kubagi.
"Dunia ini untukku".

Aku berjalan maju. Hingga bertemu malam dan menemukan purnama.
Aku pun mengatakan segalanya. Isak maupun tawa.
Berbagi malam hingga pagi menjelang.
Dan hilang. Waktu pun terhenti.

Aku sadar dia akan terkikis. Hingga aku tak melihatnya lagi.
Lalu aku menunggu di bawah langit yang menyilaukan.
Termenung di dalam hutan keraguan.
Namun aku tetap berjalan maju.

Purnama itu telah hilang setengahnya. Aku sadar dia benar-benar akan hilang.
Aku menangis tak lagi tertawa. Pada bulan, pada bintang.
Hanya pada malam hingga pagi menjelang.

Lalu aku terdiam. Merenung dalam kesepian.
Bahwa sepi adalah teman sejati.
Seperti siang yang tak akan pernah menjumpai malam.
Aku melihatmu menjadi sabit.
Seperti lengkungmu, bibirku pun menunjukkan senyuman.
Hanya agar kau mengenangku indah.
Seterang siang dan sesejuk pagi.
Dan malam pun memudar.
Purnama, tidak akan bertemu lagi.

Bolu Cokelat Khusus

Beberapa waktu yang lalu Ciel yang jenuh di kos bingung mau ngapain. Akhirnya Ciel bersama teman Ciel memutuskan membuat kue. Hm.. akhirnya kita sepakat bikin bolu cokelat kukus. Sebenarnya Ciel udah sering buat kue ini ketika di rumah, namun hanya sebagai "orang yang membantu" ibu-ibu yang di dapur, hehe. Jadi tetap saja, rasanya membuat kue sendiri tanpa intervensi para ibu itu menjadi hal yang cukup istimewa bagi saya. Terlebih kami membuatnya di kos, dengan peralatan yang sangat terbatas, pengetahuan yang terbatas, dan dimulai dari nol. Check it out!

Pertama-tama, Ciel mencari resepnya, dari internet (browsing lewat HP), dan setelah menemukan beberapa resep dan melakukan perbandingan akhirnya kita memilih satu resep yang menurut kita paling meyakinkan. Akhirnya siang itu kami membeli bahan-bahan.

Bahan:
200 gram tepung terigu
200 gram gula halus
3 butir telur
SP/TBM
vanili
cokelat pasta
air soda (sprite)



Bahan yang sangat mudah didapat kan? Selanjutnya kita mencari alat. Pertama, kami sengaja membuat kue bolu kukus karena kami sadar kami hanya punya panci pengukus. Kebetulan kami juga ada cup, tapi jumlahnya cuma sedikit (cuma 6, pas sih, ukuran pancinya juga kecil, hehe). Jadi kami tinggal mencari pengocok telur dan cup kertas. But, karena hari itu sudah siang, kami muter-muter nyari pengocok telur nggak ada yang jual alias udah tutup. Finally, kita mencoba pinjam mixer ke beberapa tempat. Akhirnya kami mencoba pinjam ke ibu yang biasanya jual masakan di sebelah kos, hehe. Dengan beralibi membeli makan siang akhirnya kami dapat pinjaman mixer. Yokatta!!!

Well, now the time for cooking!!! ^_^

Jadi begini caranya. Di internet mungkin ada beberapa cara membuat roti bolu kukus, namun saya membuatnya berdasarkan cara yang biasa Ciel lakukan di rumah.

1. Kocok telur dan gula halus hingga mengembang
2. Masukkan SP secara perlahan, jangan merusak SP nya jadi masukkan dengan hati-hati
3. Selanjutnya tambahkan vanili dan terus mixer sampai adonan mengental berwarna putih

4. Kurangi kecepatan mixer lalu masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit dan sprite
masukkan terigu sedikit demi sedikit diselingi air soda


5. Setelah tercampur rata matikan mixer. Lalu pisah adonan menjadi 2 bagian. Setelah itu salah satu adonan dicampur dengan cokelat pasta.
tambahkan sedikit chocolate pasta sesuai selera


6. Adonan siap dicetak sesuai selera.

7. Kukus adonan selama 15 menit. Dan jangan membuka-bukanya. Tunggu saja sampai 15 menit baru dibuka. (Sering dibuka membuat kue tidak bisa mekar)

Taraaaaa.. Jadilah kue bolu cokelat alaa Ciel and friend.. Nyummyy.. ^_^
Delicious Bolu Cokelat Kukus :)



Kamis, 14 Februari 2013

Tersenyumlah

Tak ada gunanya lagi menyembunyikan air mata. Karena ia akan menjadi mata air yang terus mengalir. Meski kau berusaha menahannya, ia akan jatuh juga.
Dunia ini tak akan berjalan sempurna. Banyak hal yang tak kau inginkan. Menyedihkan, menyakitkan.
Tak ada gunanya berpura-pura menjadi kuat. Karena ia hanya akan mengeras. Berkarat dan membatu.
Jangan lagi berlari karena kebahagiaan selalu ada di hadapanmu. Leluasa hadir seleluasa kau memilihnya.
Bahwa tak akan ada pelangi tanpa melalui hujan.
Selalu ada cahaya di balik awan.
Mudah sekali terhampar semudah kau tersenyum.
Tersenyumlah untuk dirimu. Tersenyumlah untuk hidupmu.
Tersenyumlah untuk langitmu. Tersenyumlah untuk duniamu.

Daijoubu da yo! ^_^

Shapeless

Menapaki sesuatu bernama kehidupan, kuberlari dalam derasnya perjalanan.
Waktu membingkai lukisan-lukisan jiwa yang tak kunjung bersua.
Selalu ada dinding tak kasat mata.
Terasa begitu dekat namun terpisah oleh jurang yang lebar.

Lelah yang terbungkus asa.
Kembali berjalan.
Menemui bulan, matahari, dan bintang.
Buta akan cahaya yang menyilaukan.
Terpukul jatuh. Bersandar pada bumi dan kefanaan.
Terisak dalam kabut senja.
Hingga datang dunia menghitam.

Lalu tiba kau di hadapan.
Membawa lilin yang begitu kelam.
Sayup-sayup dengan cahaya yang samar.
Menuntun jiwa yang tertatih. Merangkul malam yang dingin.
Menuturkan kelembutan yang tak berujung.
Tak bisa melihatnya, tak bisa mendengarnya, tak bisa menyentuhnya.
Dan warna kembali bertebaran.
Namun jejak itu tak lagi ada.
Hanya satu yang tertinggal.
Rasa di dada.

Seperti Air..

Seperti air, kau bisa menyentuhnya namun tak mampu menggenggamnya.
Ia tidak dimiliki siapapun juga tak memiliki siapapun.
Ia dingin, namun bukan sejuk tapi memilukan.
Ia sepi dan sendiri.
Seperti waktu, ia mengalir. Berpasrah menyeruak kepada semesta.
Membentuk dirinya sesuai apa yang digariskan.

Tak ada yang bisa kulakukan selain hanya menatapnya.
Lantas berpaling dan menjauhinya.
Seperti air, yang mengalir lantas menguap.
"Ia akan pergi," bisikku akhirnya.

Ryu (to be One)

Kau tiba-tiba hadir saat aku tak lagi percaya pada dunia.
Kau yang selalu berkata bahwa kau selalu ada,
kau yang akan selalu di sampingku, selalu di sisiku.
Saat aku tak ingin seluruh dunia mendengar, kau menyimakku.
Saat aku tak ingin seluruh dunia melihat, kau memperhatikanku.
Kau yang menggenggam tangan ini ketika seluruh dunia tak mampu.
Kau yang meminjamkan bahumu untukku menangis.
Kau yang menyentuhku untuk menguatkanku
membuatku lebih tegar, lebih berani di hadapan dunia.
Dan kau yang memelukku di saat isakku semakin kuat. Menenangkanku.

Seperti naga yang menguasai langit.
Kau bersemayam dalam langit. Muncul dari langit, hilang melalui langit.
Karena Ryu adalah bagian dari Sora.
Naga yang ada di khayalan. Jauh di dalam angan.
Ryu yang kuat dan menguatkan.
Andai kau tak pernah ada. Apa aku akan baik-baik saja.
Tapi keberadaanmu, membuat duniaku tidak baik-baik saja.

Ryu, aku tak ingin kau pergi. Tapi kuminta kau tuk pergi.

PS: Japanesse, Nihongo; Ryu = Naga; Sora = Langit

Sakura dan Syaoran

Cinta adalah persahabatan. Ah ya, akhirnya ada yang menulis kalimat itu. Itulah yang selama ini saya kagumi dan saya sanjung dalam diorama cinta. Untuk itu Ciel akan membicarakan tentang dua sosok yang sangat Ciel sukai di anime. Sakura dan Syaoran.
Membicarakan mereka tentu tak akan terlepas dari 2 anime ciptaan CLAMP: Card Captor Sakura (CCS) dan Tsubasa Reservoir Chronicle (TRC). Bagi Ciel kecil ataupun Ciel yang sekarang kisah antara dua karakter itu begitu luar biasa.
Berawal dari masa kecil Ciel yang ketika itu kelas 3 SD dan melihat Kinomoto Sakura dan Li Syaoran beraksi di layar kaca bagi Ciel kecil sungguh memukau. Yah, ketika itu CCS masih tayang di TPI (sekarang MNC TV) dengan soundtrack berbahasa Indonesia dan berdubbing Indonesia. Memang sejak kecil, Ciel sangat tertarik dengan tema fantasi jadi tak ayal Ciel kecil suka sekali menonton aksi Sakura mengumpulkan Clow Card bersaing dengan saingannya yang jauh-jauh datang dari Hongkong, Li Syaoran. Anime ini sungguh menarik dan sangat sangat bagus (salah satu jajaran anime pertama yang Ciel labeli "keren" selain Detective Conan waktu itu) berdasarkan tayangan anime di usia Ciel waktu itu. Bisa disebut anime cewek namun ternyata banyak teman cowok Ciel yang juga suka. Termasuk kenangan ketika Ciel mendengar dentingan piano instrumental Platinum, opening CCS yang dimainkan teman saya di kelas di awal masuk perkuliahan. Itu menunjukkan anime ini tidak sekedar "anime cewek" atau shoujo (padahal bukan shoujo juga), karena bagi Ciel kalau ada cowok yang suka berarti ada poin lain di dalam anime ini.
Sungguh menarik melihat bagaimana karakter dan plot yang diusung CLAMP dalam mengemas CCS. Termasuk betapa hangatnya persahabatan antara Sakura dan Tomoyo, persaingan antara Sakura dan Syaoran dan juga "tunangannya", Mei Lin. Pertengkaran klasik antara kakak beradik Kinomoto, Sakura dan Touya. Karakter Touya, kakak Sakura yang diam-diam seakan tahu segalanya, lalu hubungan Touya dan Yukito, juga karakter fantasi seperti Kero, Yue, dan Clow sendiri. Belum lagi pada season selanjutnya banyak karakter-karakter misterius bermunculan seperti sosok Eriol yang konon disebut-sebut sebagai reinkarnasi dari Clow Reed, pencipta Clow Card. CCS memang bukan anime pertama bergenre fantasi yang Ciel tonton, namun bagi Ciel ini adalah anime magic pertama yang sangat bagus yang pernah Ciel lihat selama ini.
Mengingat usia Ciel saat itu, sekilas CCS tampak seperti halnya anime 'anak-anak' lain yang disuguhkan waktu itu, seperti Sailor Moon, Wedding Peach, atau Do re mi. Namun ada hal lain yang membuat Ciel menyukai anime ini dibandingkan lainnya. Ini seperti yang Ciel utarakan sebelumnya dengan analogi kenapa Ciel lebih menyukai cerita Peter Pan dibanding Cinderella, Snow White, Little Mermaid, ataupun Sleeping Beauty (liat artikel berjudul Finding Neverland). Yah, karena sama seperti itu, Wedding Peach dan Sailor Moon benar-benar bergenre remaja yang seakan memberitahukan kepada kita bahwa cinta itu sesuatu tentang bunga mawar, tentang cincin, tentang gaun pengantin dan la la la yang lain. Namun CLAMP dalam karyanya mengajarkan arti hubungan yang lebih dalam, lebih bermakna, dan lebih rumit sekaligus sederhana di balik semua itu. Sungguh mengajarkan Ciel arti seseorang. Ah, entahlah, Ciel tak bisa menggambarkannya. Mungkin sedikit cerita di scene anime bisa menjelaskannya.
Pertama kita bahas CCS saja dulu ya? ^_^
Kisahnya awalnya standard, pembaca mungkin bisa searching di google atau wikipedia. Ciel ingin langsung melompat ke bagian yang lebih ke arah perasaan. Gambaran singkatnya di anime ini banyak hubungan yang aneh, kita sebut saja dengan naksir. Misalnya Sakura dan Syaoran sama-sama menyukai (baca: naksir) Yukito. Dan juga hubungan dekat "persahabatan yang mencurigakan" antara Yukito dan Touya. Nah diluar semua itu Ciel akan mengajak membahas Sakura dan Syaoran saja. Sepakat ya?! :)
Cerita dimulai ketika Syaoran mulai merasa bingung dengan perasaannya tentang siapa yang sebenarnya ia sukai. Dia menyukai Yukito, namun ada rasa yang aneh tentang dirinya terhadap Sakura. Disini dengan mudah Syaoran menyadari bahwa yang dia sukai sebenarnya adalah Sakura. Kisah menjadi menarik ketika melihat adegan betapa canggungnya Syaoran setiap bertemu Sakura. Dan sangat lucu ketika melihat usaha Syaoran mengungkapkan perasaannya kepada Sakura. (Komentar saya: bagi Ciel kecil menonton adegan ini begitu menarik. Ciel jadi tahu bahwa mengungkapkan perasaan itu merupakan hal yang sangat tidak mudah). Yah, di titik ini CCS agaknya lebih pantas kita sebut anime remaja ya? :)
Pada akhirnya Syaoran pun berhasil mengatakan perasaannya kepada Sakura (tapi ini sudah lamaaaa setelah berkali-kali usaha Syaoran menyatakan perasaannya, dan udah mau mencapai ending anime). Itu membuat hubungan antara dua tokoh ini tak lagi 'sama'. Yang ada justru suasana dingin dan canggung. Tak lagi hangat seperti sebelum Sakura mengetahui perasaan Syaoran yang sebenarnya. Dan tibalah di penghujung anime ketika cerita justru menanyakan bagaimana perasaan sebenarnya Sakura. Sebenarnya Sakura pun bingung. Namun akhirnya dia membandingkan perasaannya ketika temannya Eriol pergi ke London dan perasaannya ketika tahu Syaoran akan kembali ke Hongkong. Sakura menyadari bahwa dia sedih ketika Eriol pergi, namun berbeda ketika dia tahu Syaoran yang akan pergi, kali ini dia bukan hanya sedih, namun Sakura juga merasa kehilangan. Disinilah akhirnya Sakura tahu bahwa sebenarnya orang yang dia sukai adalah Syaoran. Ending CCS memang sedikit berbeda antara anime dan manga. Di anime endingnya bersetting di bandara ketika Sakura mengejar Syaoran dan menyatakan perasaannya. (Ini mirip dengan ending A2DC, bener deh ^^v *salam peace dari saya*). Tapi jujur Ciel lebih suka ending manganya. Dan Ciel membaca ending manga beberapa tahun setelah animenya usai tayang di TV (udah pindah channel di RCTI). Di manga Sakura mengejar Syaoran diantar sama Touya, tapi settingnya nggak di bandara tapi waktu Syaoran naik bis (mau ke bandara mungkin). Kenapa lebih suka yang ini? Pertama, karena Touya yang notabene 'benci' sama Syaoran nganterin Sakura, menandakan bahwa Touya sudah 'merestui' hubungan adiknya dengan Syaoran. Kedua, ternyata di manga endingnya nggak sampai segini aja. Beberapa tahun kemudian Syaoran kembali ke Jepang dan bertemu Sakura yang sudah tumbuh menjadi remaja. Ah, disini kita bisa tahu seperti apa rasanya melihat 'pasangan serasi' itu. Speechless. Kakkoiii lagi-lagi buat CLAMP.
yukito, touya, syaoran, sakura, dan tomoyo

Sakura dengan kostumnya, si Penangkap Kartu
chara di CCS, full group
Li Syaoran dan Kinomoto Sakura

Nah, ternyata tidak berhenti di anime anak-anak. Namun CLAMP menyuguhkan sekuel CCS, dengan cerita yang jauh berbeda: Tsubasa Reservoir Chronicle. Bila di CCS Syaoran menjadi sosok tuan muda yang datang dari Hongkong dan Sakura menjadi gadis Jepang yang periang, cerita di TRC lebih kelam namun lebih dalam. Settingnya benar-benar berbeda, ceritanya  benar-benar berbeda, namun masih dengan karakter dan chemistry yang sama. Jika CCS lebih menceritakan 'kehidupan normal' manusia, TRC lebih banyak fantasinya. Ini tentang perjalanan melintasi ruang dan waktu dengan tokoh utama tetap Sakura hime (Puteri Sakura)--yang kali ini menjadi seorang puteri dari kerajaan Clow, suatu negeri di padang pasir-- dan Syaoran, seorang arkeolog pendatang yang datang bersama ayahnya ke negeri Clow untuk meneliti reruntuhan yang penuh dengan misteri. Bisa dikatakan dua tokoh tersebut tumbuh seiring Ciel tumbuh. Di CCS sebagai anak-anak dan di TRC sebagai remaja.
TRC menceritakan tentang Sakura hime dan Syaoran yang merupakan sahabat sejak kecil. Dengan latar belakang yang berbeda dan sifat yang berbeda mereka tumbuh bersama dalam hubungan yang begitu dalam namun tetap berjarak (karena perbedaan status), namun jarak itu seakan tidak ada karena Sang Puteri selalu menampilkan perasaan tulusnya kepada Syaoran. Mereka saling memahami bahwa ikatan diantara mereka begitu berharga satu sama lain. Namun CLAMP menggambarkannya dalam fragmen-fragmen scene dialog ataupun peristiwa sehingga pembaca bebas menginterpretasikan sendiri sedalam apa hubungan mereka. Sejujurnya Ciel kehabisan kata dalam menggambarkan bagaimana ikatan mereka. Sederhana. Namun sekaligus rumit. Disini Ciel memahami tentang arti seseorang, arti sebuah ikatan, dan arti perasaan yang melibatkan hati. Ah, mungkin disinilah pertama kali Ciel menemukan makna tentang cinta platonik yang selalu Ciel bicarakan. Bahwa cinta adalah persahabatan. Dan persahabatan adalah cinta. Karena bagi seluruh dunia mungkin kau hanya seseorang, namun bagi seseorang kau mungkin adalah seluruh dunia. Untuk lebih jelasnya sebaiknya kalian menonton anime atau membaca manganya (versi anime dan manganya sedikit berbeda). RECOMMENDED for you all, minna san ^_^
Yah sekian dulu dari saya. Padahal Ciel belum cerita semua yang Ciel pikirkan tentang TRC. Sayang sekali, Ciel sedang berkejaran dengan waktu sehingga tidak bisa menulis banyak-banyak. Yang jelas bagi Ciel, dua karakter ini mendapat ruang sendiri di dunia Ciel. Mata ashita! ^_<
Syaoran dan Sakura di TRC, finding feather
dua orang yang ditakdirkan bersama
Syaoran dan Sakura-hime
Persahabatan yang dirajut sejak kecil
Cinta Platonik

Sabtu, 09 Februari 2013

Menikah Dulu Rumah Tangga Kemudian

Tulisan ini berdasarkan curhatan seorang teman.

Apa ada yang salah jika menikah dulu, terus berumah tangga nya nanti-nanti? Hm.. sebenarnya tergantung pemahaman dan kesediaan seseorang yang mengalami hal ini. Namun hal semacam ini sebenarnya menjadi "kebiasaan" bangsa Arab dulu. Sebagaimana kisah Rasulullah dan Aisyah yang dinikahinya di usia--salah satu riwayat menyebutkan--sembilan tahun. Ini menjadi hujjah diperbolehkannya "nikah muda". Namun, bukan berarti lantas menjadi "pedofil" seperti yang dihujat kaum antimuhammad. Rasulullah tidak pernah berkumpul dengan Aisyah hingga dia mencapai akil baligh. Dan ini adalah hal yang 'biasa' pada waktu itu di tanah Arab. Hal yang sama juga berlaku pada Sayyidina Umar bin Khattab yang menikah dengan Ummi Kultsum binti Ali bin Abi Thalib yang--salah satu riwayat menyebutkan--berumur masih 12 tahun. Beliau pun memutuskan menikah dahulu, namun rumah tangganya nanti-nanti.
Ini bukan tentang nikah dini, juga bukan tentang menunda kebersamaan, namun lebih ke arah mempersiapkan diri dalam berumah tangga.
Kasus yang sama saya dapatkan ketika ada wacana "Menikah tapi LDR". Kasusnya bisa dilihat hampir sama dalam sudut pandang, "sama-sama tidak berkumpul". Apalagi dalam kasus menikah dalam usia yang masih muda, masih ada urusan (mungkin masih studi), dan masih belum siap berumah tangga. Bukankah 'menikah tapi LDR' ini menjadi salah satu kesempatan untuk mempersiapkan diri belajar bagaimana menjadi seorang pengelola rumah tangga yang baik ketika berada jauh dari dia. Dan ketika sang lelaki bekerja sedang sang isteri belajar berbenah bagaimana berumah tangga yang baik, ini mengingatkan saya tentang makna pacaran dalam arti yang sebenarnya.
Teringat suatu talkshow yang diisi Ustadz SAF yang berjudul "Tuhan, Ijinkan Aku Pacaran". Disana dibahas tentang arti terminologi tentang pacaran. Bahwa pacaran berasal dari kata pacar. Pacar sendiri merupakan nama dari sejenis tanaman hias yang cepat layu dan mudah tumbuh lagi jika ditanam. Tanaman pacar ini biasa digunakan untuk mewarnai kuku supaya tampak indah. Alkisah di daerah Sumatera sana jika seorang laki menyukai (menaksir) seorang wanita maka ia akan bersenandung (bersyair, sebagai kebiasaan orang Melayu) di depan rumah sang wanita. Dan jika pada akhirnya sang wanita juga suka maka lamaran pun akan segera dilangsungkan. Lalu sang wanita akan dipacari (kukunya diwarnai), dan selama itu sang wanita dipingit, dilarang bertemu dengan sang lelaki. Warna di kuku itu menjadi waktu mempersiapkan diri bagi sang wanita untuk belajar bagaimana berumah tangga. Selama warna itu belum memudar, sang wanita akan belajar bagaimana cara memasak, bersih-bersih, mendapatkan berbagai wejangan sebagai bekal dalam mengarungi bahtera rumah tangga oleh para sesepuh. Dan setelah itu barulah pernikahan dilangsungkan. Jadi kalau memang berniat pacaran seperti ini saya kira boleh-boleh saja. Karena pacaran yang seperti ini benar-benar paham akan konsekuensi setelahnya, pacaran yang tidak berdua-duaan, tetapi justru suatu bentuk lamaran yang disampaikan langsung kepada keluarga sang calon mempelai. Duh, indahnya yang namanya pacaran (ta'aruf), sayang kata ini disalahartikan.
Ah, kembali ke menikah tapi LDR. Yah, bagi yang benar-benar sudah kepingin, silahkan saja. Tapi ingat jika memang belum siap jangan dipaksakan, ukhti sayang. Memang menikah adalah salah satu bentuk penjagaan diri, selain menunaikan sunnah Nabi. Tapi rela gak sih jauh-jauh sama si dia? Hahaha, meski memang sebenarnya belum siap berumah tangga. Hehe.
Yah, ini sedikit curcolan saya. Yang penting teruslah berbenah. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. Mata ashita, minna san. Semoga tulisan yang curcol abiz ini bisa memberi sedikit manfaat. ^_^

Jumat, 08 Februari 2013

Lelaki yang baik untuk wanita yang baik

Lelaki baik-baik hanya untuk wanita baik-baik. Sungguh tamak jika kami menginginkan pasangan yang sempurna, namun lupa mengaca pada diri sendiri tentang diri ini. Pantaskah dia bersanding denganmu?
Ini bukan tentang nama namun tentang sosok. Memang bukan sempurna kata yang pantas, namun yang ideal.  Bukan ideal secara umum, namun lebih ke arah cocok.
Ini bukan tentang pasangan, namun tentang teman hidup. Bukan tentang cinta, namun tentang tujuan. Tentang visi misi. Tentang kehidupan.
Bukan tentang suami, namun tentang imam. Pun juga tentang ayah bagi makhluk yang akan kausebut sebagai anak-anakmu.
Apatah penting? Tentu. Tidak akan rela wanita yang berpikir benar, menjadikan ayah yang tidak baik-baik bagi anaknya. Pun sebaliknya, jika lelaki itu benar berpikirnya tidak akan rela menjadikan ibu yang tidak baik-baik bagi penerusnya kelak.
Yah, begitu pula halnya dengan saya. Saya sungguh takut saya akan semakin khilaf. Bagaimanapun perbaikan adalah kunci utama menjemput masa itu. Saya tidak menginginkan yang sempurna, namun yang bisa menjadi imam bagi keluarga, yang menjadi pemimpin bagi kami, yang menjadi ayah yang baik bagi anak-anak kami, yang mencintai Nya diatas segalanya dan yang membuat kami pula semakin cinta pada Nya. Ini bukan tentang pasangan--sekali lagi--namun tentang keluarga kecil yang bercita-cita menciptakan peradaban besar. Yah! Tanggung jawab untuk melahirkan generasi-generasi terbaik itulah yang menuntut kami dalam perbaikan. Saya pun tak ingin jika ayah anak-anak saya nanti bukan orang yang baik-baik. Jadi sudah sepantasnya bagi kami untuk memilah dan memilih. Bukan sekadar pasrah pada pilihan. Meski bukan pula mencari bahkan menunggu.
Tapi apakah dia akan datang disaat diri ini tidak pantas  bersanding dengannya? Tentu tidak. Bukankah lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik? Bagaimana mungkin saya mendapatkannya jika masih di titik ini. Padahal saya ingin menjadi ibu--lebih dari menjadi isteri-- yang baik. Yang hebat, bukan dari saya, namun lebih karena menghebatkan generasi setelah kami. Bukankah menjadi wanita itu sungguh istimewa. Ia bukanlah lemah namun lembut. Ia bukanlah cengeng namun tegar. Ia bukanlah diam namun memikirkan banyak hal. Tanggung jawab moril tertinggi bagi seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya. Bukankah kami para wanita yang kelak akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kami? Apa kami telah mampu? Dan kami pun ingin seorang ayah yang mampu menjadi panutan bagi anak-anak. Apakah ayah yang baik akan hadir disaat kami para kaum hawa tidak berbenah? Sekali lagi--lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Sudah berapa banyak hafalanmu sayang? Sudah berapa buku hadits yang kau baca? Apakah Kitabullah itu hanya kau tonton atau kau tadaburi? Sudah selesaikah membaca shirah Islam? Sudah punyakah bekal untuk menjadi sosok yang menghebatkan jika kau tak mampu menghebatkan dirimu sendiri, hah? Dan ayah yang hebat itu tidak akan datang jika ibu yang hebat itu tidak ada. Yah, sekian. Selamat memperbaiki diri. Semoga bisa menjadi ibu yang baik. Aamiin~ \>0</

Kamis, 07 Februari 2013

Rindu (Atas Nama Cinta)


Dan aku berterima kasih atas nama cinta.
Yang mengajarkanku arti sebuah kepasrahan.
Seperti awan yang terkikis angin.
Tulus berubah mengikuti waktu.
Berubah tak tentu.

Dan aku berterima kasih atas nama cinta.
Yang mengajarkanku arti sebuah kasih sayang.
Seperti matahari yang memberikan cahayanya.
Bersinar membakar diri demi jutaan kehidupan di alam raya.
Memberi dan memberi tanpa mengharap balasan.

Dan aku berterima kasih atas nama cinta.
Yang mengajarkanku arti sebuah kelembutan.
Seperti melodi yang mengalun merdu.
Melodi yang tak memiliki nada.
Melodi yang diam tak bersuara.
Yang hanya bisa didengar oleh hati-hati yang tak mampu bersua.

Dan aku berterima kasih atas nama cinta.
Yang mengajarkanku arti sebuah jarak.
Seperti langit dan bumi yang senantiasa merindu.

Love Talk


Dulu saya sempat merasa iri dengan teman-teman yang telah merasakan pengalaman cinta. Jatuh cinta, mengungkapkan cinta, atau menjadi sasaran atas pengungkapan cinta. Dulu sangat penasaran memang gimana sih rasanya. Ya itu dulu. Sebelum saya berkenalan dengan dunia yang lebih bijaksana.
Hingga saya mencapai kesepakatan dengan hati bahwa tidak ada cinta yang benar-benar cinta jika diungkapkan sebelum menikah. Dan saya sangat bersyukur tidak pernah memiliki pengalaman cinta sebelumnya. Masa-masa SMA sangat membentuk karakter Ciel yang semacam itu. Meski sempat tidak suka masuk SMA itu tapi pada akhirnya Ciel menyadari bahwa banyak pelajaran lain yang Ciel dapatkan yang mungkin tidak Ciel dapatkan di sekolah lain, class of Universe.
Ketika SMA mempelajari bahwa kelak kita akan menjadi seorang ibu, kelak kita akan menjadi seorang isteri membuat kita memiliki pemahaman bahwa hidup kita sekarang adalah persiapan menuju titik itu. Yah, bukannya mencari cinta melalang buana dan mengaplikasikannya dengan pacaran atau berpuisi cinta, galau tentang cinta. Hm... amit-amit.
Ketika SMA juga Ciel telah mengenal cinta yang jauh lebih hakiki. Cinta karena Allah. Cinta pada seseorang yang berjalan bersamamu, melangkah selaras dengan langkahmu, yang hatinya telah tertaut denganmu. Sehingga ketika suatu hari ada seseorang yang bertanya dalam kuesioner tentang “Apakah Anda telah merasakan manisnya iman?”. Saya tak ragu lagi untuk menjawabnya iya. Karena cinta yang didasarkan pada keimanan adalah hierarki tertinggi dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Saya masih ingat bagaimana mendapatkan 7 juta dalam waktu kurang dari 2 hari untuk membantu salah satu teman saya masuk ke salah satu universitas di Jogja dikarenakan dia tidak memiliki biaya untuk itu. Sebenarnya 11 juta, tapi  4 juta sudah terkumpul dalam 2 minggu  dan masih kurang 7 juta. Saya ingat betapa jarkom itu sampai ke tangan kami dan kami berpencar ke seluruh penjuru Jombang hanya untuk menggalang dana bagi teman kami. Ke siapapun. Dan sungguh keren pada akhirnya uang yang kami kumpulkan dalam waktu kurang dari 48 jam malah lebih 300ribuan. Dan saya ingat hari itu juga mengantar teman saya ke stasiun, melihat teman saya berangkat ke Jogja membawa uang yang kami kumpulkan dengan penuh haru dan bahagia.
Itu salah satu bentuk cinta.
Seseorang bilang cinta sejati adalah melepaskan kan? Dan sepertinya saya sungguh memahaminya. Ini tentang seseorang dan saya. Entah sejak kapan saya mencintainya. Dan entah sejak kapan dia mencintai saya. Namun saya tidak ragu jika hati kami telah tertaut. Rasulullah mengatakan jika kau mencintai seseorang maka ungkapkan. Itulah pertama kalinya saya mengungkapkan rasa cinta saya kepada seorang sahabat. Dan saya begitu senang ketika dia menjawab dengan hal yang senada. Kita bersahabat dalam naungan Nya. Hingga waktu memisahkan kita dan jarak menempatkan kita di tempat masing-masing. Saat itulah kesejatian cinta kita diuji. Cinta sejati sungguh benar-benar melepaskan. Jarang sekali kita berkomunikasi. Karena cinta tidak harus membuat kami bersama. Karena cinta begitu bebas dan membebaskan. Bahagia mendengar kabarnya yang lama tak bersua adalah bentuk manis dari cinta. Bahagia mendengarnya bahagia. Kami berusaha di tempat masing-masing. Tentang komunikasi, sebenarnya tak begitu perlu mengungkapkan sayang dengan sms atau telepon setiap saat. Justru saya dan dia jarang sekali melakukan itu. Kita benar-benar berusaha hidup di tempat masing-masing dengan baik. Karena yang menghubungkan kami hanya doa rabithah yang kami panjatkan kepadaNya agar tetap menautkan hati kami. Selalu berdoa untuknya untuk yang terbaik baginya. Tak perlu cemburu ketika dia memiliki teman lain yang begitu baik kepadanya. Tak perlu pamrih. Tak perlu mengharap balasan. Karena cinta sejati adalah cinta yang memberi. Cinta sejati bukanlah cinta possessive, saya semakin setuju jika cinta sejati adalah melepaskan. Menyerahkan segalanya, berpasrah segalanya, berharap pada kepercayaan dan harapan.
Usiaku hampir 21. Dan Ciel masih tetap pada garis awal, ingin jatuh cinta hanya sekali pada orang yang tepat, pada waktu yang tepat. Godaan tentu banyak. Asal akal dan hati masih berkomunikasi dengan baik inshaALLAH godaan bisa segera pergi. Terkalahkan oleh kesadaran pada prinsip awal.
Menjaga hati cukup susah bagi orang yang memainkan perasaan dalam berteman. Salah satu yang membuatnya bertahan adalah peran akal untuk mengingatkan. Seseorang pernah bertanya apa kita harus menunggu cinta baru menikah? Bolehlah jika dijawab iya, tapi tidak juga bisa. Ah, saya tidak terlalu memahami tentang jatuh cinta atau apalah itu.
Saya telah menyadari betapa pentingnya persiapan menuju ke arah sana sejak SMA. Sejak berkenalan dengan orang-orang yang selalu mengingatkan itu. Saya hanya berharap jika hati ini masih perawan hingga saat itu tiba. Bukankah Rasulullah pernah bersabda jika tidak dianggap sirik maka saya akan menyuruh para isteri untuk bersujud kepada suaminya. Bagaimana mungkin kami para isteri tidak mencintai suami kita kelak jika kita disuruh memperlakukan suami begitu agung semacam itu. Hei, saya sudah menjawab pertanyaan seseorang bahwa cinta tak perlu hadir sebelum menikah. Dia akan hadir bersama komitmen, bersama visi, bersama dunia yang saling menyelaraskan. Di saat itu mereka akan menempatkan kertas kosong masa depan dan menggambarnya bersama-sama.
Kapan-kapan ngomongin ini lagi deh. Ini tidak mencakup semua yang saya pikirkan. Sekian.