Terkadang kudapati hanya perasaanku yang bersuara.
Hatiku diam. Pikiran dan mulut apalagi.
Siapa lagi yang bisa mendengar rintihannya? Kecuali diri pribadi.
Aku selalu mengharapkan ada yang datang.
Lantas membawaku pergi, dari dunia yang tak kuharapkan.
Ku kan bilang kau penyelamat, namun barangkali wujudmu hanya ada pada angan, fiktif belaka.
Tak ada yang mampu mengentasku.
Aku sendiri pun tidak.
Jika bukan karena janji tak tertulis.
Sudah terlalu sesak rasa di dada.
Tak kuasa lagi bahkan untuk mengadu.
Aku memang sendiri.
Jiwa ini sudah pernah terluka oleh nasib.
Begitu rapuh dan mudah patah.
Siapa pula yang menguatkan.
Semua terjalani dengan terpaksa.
Gelap.
Dalam bayangan, cahaya itu terlalu menyilaukan.
Tak ada yang jelas.
Mata ini telah rabun.
Tapi ku harap ku masih dapat melihatnya barang setitik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar