I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Senin, 29 Oktober 2012

Karena menulis bukanlah bicara

Banyak menulis = Banyak bicara
Entah sejak kapan menulis dan bicara itu menjadi setara. Semenjak tak ada lagi pertimbangan, tak berpikir dua kali dalam menulis membuat 'menulis = bicara'. Padahal dengan menulis sebenarnya kita diberi kesempatan untuk berpikir ulang akan menerbitkan tulisan kita atau tidak. Bertambah dengan makin banyaknya pola interaksi cepat membuat menulis semakin setara dengan bicara. Misal pada SMS. Banyak sekali SMS-SMS tidak berkualitas yang terlahir dari sebuah keisengan atau hal-hal yang tidak perlu.
Banyak kata-kata tak bermutu yang dihasilkan manusia dalam sehari. Dengan semakin banyaknya jejaring sosial yang ada manusia seakan hanya diberi sedikit waktu untuk berpikir dalam 'menulis'. Betapa banyak kata--kata yang 'begitu-begitu saja' tiap menit yang beredar. Kebanyakan malah kata-kata negatif: keluhan, harapan tak jelas, isinya 'galau' semua.
Jadi kita perlu menelaah ulang apa yang dimaksud para sesepuh kita tentang menulis itu. Bahkan status facebook tidak lebih baik dari cuap-cuap omong kosong. Padahal tak perlu lagi bagi kita untuk menggunakan lidah untuk berkata-kata, hanya butuh jari-jari untuk mengetikkan kata. Pola ini menyebabkan keterbukaan yang leluasa. Batasan privasi menjadi lebih tipis.

Jagalah lidahmu = Jagalah jari-jarimu
Pernahkah kalian mendengar "hendaklah ia berkata yang baik atau diam". Hm... seiring kesetaraan antara menulis dan bicara, rasanya hal ini juga perlu diterapkan kepada kehidupan kita. Bisa jadi orang yang pendiam secara lisan menjadi begitu talkative dalam menulis (misalnya saya). Hal ini menimbulkan warning yang cukup perlu diwanti-wanti dalam memulai berbicara. Apalagi orang yang i-net addicted macam saya, seakan hanya ada sepersekian detik waktu yang dibutuhkan untuk mempublish sesuatu (hanya dengan sekali klik maka semua telah ter-share). Walhasil justru semakin banyak kata tak bermutu daripada yang bermanfaat.

Banyak kata = Banyak dosa
Tidak masalah jika tulisan itu kita simpan sendiri, itu sama saja dengan menggerutu atau bicara dalam hati. Namun akan berbeda jika kata-kata itu dibaca tidak sedikit orang. Banyak resiko yang mungkin timbul. Karena kata tersebut mungkin tak luput dari energi negatif yang bisa menyebabkan prasangka juga pemantik dosa, baik bagi kita maupun orang lain.

The Eliquoency of silence
Saya menulis artikel tersebut ketika masih kelas 2 SMA (entah kenapa 2 SMA begitu bermakna bagi saya) dan kebetulan dipublish di majalah sekolah (itu tulisan pertama saya yang dibaca banyak orang :). Namun ternyata menulis itu tidak mudah, kecuali hanya berniat menulis saja. Karena penerapan adalah hal yang penting sebagai ruh dalam tulisan. Yah, saya memilih topik tentang silence tak lain karena diam adalah bahasa paling rumit yang pernah ada. (kapan2 jika sempat saya post-kan artikel saya itu). Yang ingin saya katakan adalah bahwa dalam kehidupan selalu ada fase pemberhentian. Seperti itulah, tak selamanya manusia akan terus bergerak, tak selamanya manusia akan terus bicara. Dengan diam kau bisa menemukan kata-kata indah yang tak bisa kau ungkapkan keindahannya. Sesejuk angin yang berhembus sepoi-sepoi, sehangat matahari musim panas, atau seharum bunga musim semi. Karena diam adalah kata paling fasih yang pernah ada.

Finally...
Jika merujuk tulisan para sesepuh, yang disebut menulis adalah sesuatu yang bermakna, penuh ideologi, dan lebih banyak manfaatnya bagi khalayak. Menulis adalah perenungan yang mendalam dan pemikiran yang berlapis dan memiliki esensi dalam tiap katanya.



“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” 
“Menulis adalah sebuah keberanian...”
 Kata-kata tersebut adalah quote dari seseorang yang sangat menginspirasi saya, terima kasih bapak Pramoedya Ananta Toer: Saya akan terus menulis :)

Tidak ada komentar: