I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Rabu, 26 Desember 2012

Ketika Saya Pulang...

Hari Senin 24 Desember 2012 saya pulang..

Sebelumnya, Sabtu 22 Desember.. 
Saya 'dipaksa' pulang. Ini sangat aneh. Tak pernah mereka memintaku pulang seheboh kali itu.
Dan saya bersikeras ingin tetap tinggal di Surabaya. Hm.. dan tak pernah saya semarah itu gara-gara disuruh pulang. Padahal saya mau mengucapkan 'Selamat Hari Ibu' via telepon, namun akhirnya kuurungkan karena situasi yang 'tidak mengenakkan'. Akhirnya kata itu kuucapkan melalui sms.
Selamat hari ibu. Silvi sayang mama.
Pada akhirnya mereka bilang, ya sudah besok pulang ya? Dan saya yang tidak yakin hanya bilang 'gak tau'..

Hari Minggu...
Pagi hari mereka segera menyuruhku berangkat. Namun saya menolak. Karena truz dipaksa saya akhirnya beralasan saya harus belajar, dan mereka menyerah tapi tetap meminta saya pulang esoknya. Dan saya mengiyakan.
Padahal selama di kosan Ciel sama sekali tidak belajar, karena penat, banyak pikiran, dan malah nge game. Saya juga sempat 'kesal' dengan opini teman. Saya kesal dengan diri saya, lingkungan saya, pendidikan saya, dan semuanya.

Hari Senin...
Ciel bilang kalau kehabisan tiket kereta dan ndak mau naik bus.
Ayah dan Ibu berkeras saya harus pulang. Pada akhirnya saya pulang naik kereta malam.

Di rumah saya bertanya tentang hasil lab saya..
Saya memiliki pembesaran kelenjar thyroid dan beberapa minggu yang lalu saya tes ke lab. 
Ibu bilang sudah ke dokter yang merujuk saya namun belum ketemu. Jadi Ibu memilih berkonsultasi ke dokter di Puskesmas. Dan kebetulan dokter ini yang dulu menangani ayah saya yang pernah kena hipertiroid. Dokter yang sudah sangat senior. Namun inilah yang membuat saya tercengang. Dokternya mengatakan sesuatu yang luar biasa hanya dengan melihat hasil tes lab saya.

Hasil tes lab saya:
kadar T3 1,5 (Normal : 0,6 - 1,85 ng/ml)
kadar T4 13,3 (Normal : 5,0 - 13,0 ug/dl)
kadar TSH 1,4 (Normal : thyroid : 0.4 - 7,0 ulU/ml)
dari diagnosis dokter sebelumnya saya terkena gondok/goiter/struma 

Dari yang ibu ceritakan kepada saya dokter menilai bahwa 'kok umur segini sudah kayak begini'. Yang saya tangkap meski saya tidak tahu seabnormal apa kadar tiroid saya, tapi dokter merasa di usia 20 tahun kadar tersebut tidak semestinya seperti itu. Dokter bilang pasti anak ibu ada pikiran sesuatu. Ibu saya  membenarkan mungkin gara-gara anak saya banyak kegiatan dok, dia aktif di kegiatan keagamaan, lagipula dia juga kuliah di kedokteran dok pasti gara-gara pelajarannya. Tapi dokter bilang sepertinya ndak gara-gara itu, bu, tapi ada sesuatu yang lebih dari itu. Ada masalah lain yang lebih berat.
Ibu diberi saran agar "buka mata lebar-lebar, pasang telinga lebar-lebar, dan mulut sedikit bicara" maksud dokter adalah agar Ibu lebih memperhatikan saya, lebih mendengarkan saya, dan tidak benyak mengomeli saya. Saya tersentak mendengarnyaa. Saya rasa dokter ini benar. Saya sedang mengalami krisis dalam kehidupan. Saya benar-benar terbelit dalam masalah. Tentang diri saya. Yah, dok, Anda benar. Sesuatu itu hampir membuat saya gila.
Ada hal yang paling mencengangkan dari semua itu. Ketika dokter memberi komentar ketika ibu bilang bahwa saya aktif di organisasi keagamaan. Beliau berkata."Untung anak ibu menyibukkan diri di kegiatan keagamaan. Kalau tidak ini bisa ke arah narkoba lho. bu.". Jujur, Tuhan, saya takuuut. Kurasa itu bisa benar. Jika dulu saya tidak mengenal rohis bisa jadi saya tidak selamat seperti sekarang. 

Yang saya bingungkan sampai sekarang bagaimana dokter bisa tahu hanya dengan melihat tes lab saya. Padahal saya tidak disana. Hanya ibu seorang yang ada disana.

Disisi lain. Selama ini saya memang selalu mejadi anak baik-baik. Selalu 'taat dan patuh' (meminjam istilah ibu saya) kepada orang tua. Mereka tidak pernah tau tentang Ciel yang sebenarnya. Tentang masalah yang Ciel hadapi. Dan bukan haya mereka. Mungkin sebenarnya tidak ada yang benar-benar tahu. Ciel yang kukenal memang lebih suka menyimpan semua masalahnya sendiri dengan dalih tidak ingin membebani orang lain, tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain dengan cerita sedihnya. Namun hal ini sejujurnya menggerogoti diriku semakin dalam dan semakin dalam. Sosok yang menjadikan segala sesuatu menjadi bebannya sendiri. Saya membenci sosok yang seperti itu. Tapi itulah saya selama ini. Sejak saya kecil. Masa lalu yang membentuk Ciel yang sekarang.

Namun saya berterima kasih kepada seseorang, dan beberapa yang lain. Karena kehadiran mereka saya mampu bertahan. Saya yang selalu berpura-pura sok kuat di hadapan yang lain, namun sebenarnya sangat rapuh, serapuh tumpukan pasir yang dengan mudah terbawa angin.

Hari itu saya benar-benar menyadari bahwa masalah saya sangat serius. Sang Dokter sangat benar. Mungkinkah saya butuh pertolongan? Saya belum meutuskan. Saya masih ingin bertahan sendiri.

Arigatou minna~
Percaya bahwa saya akan baik-baik saja. Daijoubu da yo~

Tidak ada komentar: