Dalam bab Reuni di buku kedua: Muhammad: Para Pengeja Hujan...
Astu: "Kita lihat siapa yang lebih dahulu bisa membangunnya."
Kashva: "Aku yang punya ide, pasti aku yang lebih dahulu."
Astu: "Itulah bedanya antara aku dan engkau, Kashva. Kau itu kaya ide dan pemikiran. Sedangkan aku, aku ahlinya menerapkan apa yang menjadi ide dan mimpiku."
Kashva: "Tapi membangun menara penangkap angin pasti butuh biaya besar. Dari mana engkau mendapatkannya?"
Astu: "Satu lagi perbedaan kita. Engkau berpikir 'nanti bagaimana' sedangkan aku 'bagaimana nanti'."
Mereka yang masih remaja membewa-bawa gambar sketsa menara penangkap angin sembari menikmati panorama sore di kaki Gunung Sistan. Di antara hamparan bunga shaqayeq yang merah benderang.
Kashva: "Baiklah, aku terima tantanganmu."
Astu: "Baiklah, disaksikan hamparan bunga shaqayeq, kita akan berlomba, siapa dahulu yang berhasil membangun menara penangkap angin, dia sebagai pemenang."
Kashva: "Sepakat!"
Astu: "Sepakaaaaaaaaaaaat!"
Kashva: "Bagaimana jika sampai tua, kita sama-sama tak pernah bisa membangunnya?"
Astu: "Ta shaqayeq hast, zandeqi basyad kard."
Kashva: "Selama bunga shaqayeq masih mekar, hidup harus terus berjalan." :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar