I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Jumat, 25 Februari 2011

Trip #3: Jogja - Never Ending Asia

Jogja,,,
Tak pernah terpikir olehku sebelumnya untuk menjadikan kota ini sebagai tujuan backpackingku...
Hm... meskipun aku tahu kota ini adalah kota wisata yang indah, namun mungkin karena aku sudah sering ‘main’ kesana di waktu kecil bersama rombongan wisata SD --tempat papa mengajar-- berkali2 termasuk 2 kali tambahan bersama teman SD dan teman kursus bahasa Inggrisku, aku seakan ‘melupakan’ kota cantik ini begitu saja...
Ya, memang sejak awal tujuan utama liburanku adalah ke Bandung...
Aku punya beberapa alasan kenapa harus Bandung...
Hm... mungkin alasan pertama adalah karena Bosscha, lalu karena ITB, dan karena orang2 yang kusayangi ada disana, dan alasan2 lain yang tak terlalu signifikan sebenarnya... (aku gak mau cerita banyak, mungkin lain kali akan aku bahas tersendiri).
Ya, sebenarnya liburan semester 1 ini aku berencana ke Bandung dengan segala angan2 dalam pikiranku....
Namun, ada yang membelokkan ideku tersebut,,,
Kakakku, dialah yang mencetuskan kata ‘Jogja’ di otakku kala itu...
Mendadak memang...
Ide itu baru tercetus akhir November, 1 bulan sebelum ujian yang berarti hari2 menjelang SKS (Sistem Kebut Sebulan), hehe *ala anak FK...
Entah karena sedang baik hati ma kakak, dengan mudahnya aku menerima keputusan itu dan tujuanku pun bergeser ke kota gudeg itu...
Awalnya aku hanya membatin, ‘Ya, Jogja... Lumayan lha! Lebih dekat setidaknya... daripada jauh2... buat pemanasan backpacking’ dan bla bla bla...
Hm... memang kala itu Ciel masih terbuai oleh keindahan Bandung, jadi Jogja belum menjadi tempat spesial bagiku kala itu...
Dan pada akhirnya Jogja pun berhasil masuk dalam resolusiku tahun 1432 H yang kutulis pada 1 Muharram di penghujung tahun bulan Desember 2010...
Hm... dan sedikit pencerahan... temanku merekomendasikan tempat2 yang cukup menarik minatku sebagai newbie dalam travelling...
Lagipula setelah kupikir ulang, sangat tidak tepat ke Bandung bulan Januari. Ke Bandung paling enak bulan Juni atau Juli cz langitnya lagi cerah, pas banget buat liat bintang di observatorium dambaanku di tempat bernama Lembang.
Hm... kembali ke Jogja...
Jadi setelah itu, aku mulai mencari tahu Jogja undercover (hm... bahasanya rek...)... maksudku, sisi Jogja yang dulu gak terlalu kuperhatikan...
Tahuku dulu kan Cuma Borobudur, Prambanan, Keraton, Parangtritis... hehe
Dan kebetulan sekali ketika aku mampir ke toko buku, aku menemukan tempat2 di Jogja yang dulu bagiku hanya lewat mungkin hingga aku merasa ‘gak ngeh’ pada tempat2 yang sebenarnya sudah familiar di masa lalu...
Dan disanalah tercetuslah Kilometer Nol, Monumen Tugu, Taman Pintar, Pasar Beringharjo, Malioboro, Keraton, dll. Akhirnya aku pun menemukan tujuan. Dan sejak itulah aku bertekad menjadikan Jogja sebagai pelabuhan pertamaku dalam penjelajahan kecilku ini.
Aku semakin mencari tahu seluk beluk kota Jogja... Namun banyak kendala waktu itu. Hebat banget, masak semua temenku di Jogja yang aku hubungi gag ada yang bales, untung masih ada satu dua orang yang akhirnya bantu aku menyusun rencana yang bagiku waktu itu termasuk ‘Big Plan’, hehe. Arigatou, Tomo-chan ^^
Bagiku ini adalah mimpi. Akhirnya aku mewujudkannya. Impian travellingku yang kususun 2 tahun silam akhirnya bisa terwujud juga. Aku terharu. Padahal setengah tahun sebelumnya aku telah menyobek kertas impianku dan berpikir tak akan mampu melakukan ‘perjalanan’ yang telah kuidam2kan itu. Namun, amazing! Bagiku melakukan perjalanan ini adalah pencapaian besar bagi orang yang tengah putus harapan sepertiku.
Penundaan gara2 ujian dan remidial pun menjadi kekesalan tersendiri bagi sang pelaut yang sudah tak sabar ingin berlayar. Sempat juga ada ‘masalah internal’ dengan kota tujuanku itu. Dan juga sempat kebingungan akomodasi. Namun, semua seakan berjalan sesuai rencana yang sempat berantakan dan muzti disusun ulang berkali-kali.
Dan tanggal 9 Februari 2011 akhirnya perjalanan 6 jam dengan Pasundan Express (anggap aja Hogwart Express, hoho) membawaku melintasi dunia menuju pelabuhan bernama Jogja. Di stasiun Lempuyangan aku berhenti dan dengan senyuman aku memejamkan mata dan menghirup nafas dalam2. Meski tak kuucapkan namun aku berteriak dalam hati sambil mencium aroma kota tua yang klasik itu: “Aku telah datang Jogja”.
Dan seperti yang sudah kuduga, Jogja tidak pernah mengecewakan. Dengan keotentikan batiknya, gaya Jawanya, dan segala kesederhanaannya Jogja membiusku sedari awal aku tiba. Aku seperti telah lama menantikan saat-saat itu. Seakan tempat itu adalah tempat terindah yang pernah ada. Ya, memang aku terbius dalam keeksotisan tempat berjulukan Never Ending Asia itu.
Menginap di tempat teman adalah strategi klasik seorang backpacker dan itulah yang kulakukan.
Hm.. perlu digarisbawahi aku ke Jogja tidak sendirian.. aku bersama sang pencetus ide, Kakakku... Meski sebenarnya aku lebih menyukai perjalanan sendirian namun aku menghargai kekhawatiran orang tuaku (sampai kapan ya mereka menganggapku ‘anak2’ >.<)... Ya, maklum saya kan anak perempuan... Alasan klasik lha... hehe.
Memang petualangan baru dimulai keesokan harinya, namun malam hari di hari Rabu itu kami sudah mendatangi kuliner (salah satu tujuanku) di tempat bernama Angkringan Van Jogja... Tempat yang recommended menurutku... Dan itulah pertama kalinya aku mencicipi wedang uwuh khas Jogja... Siip lha! Sekali lagi kataku : RECOMMENDED!!!
Ya, seperti kataku sebelumnya, petualangan baru dimulai keesokan harinya.. Sebenarnya ada satu lagi tujuanku datang ke Jogja selain untuk jalan2 (jelas), memenuhi target resolusi (pasti), wisata kuliner (gag ketinggalan dah), dan shopping (ide bagus); ya, di tempat ini aku ingin bernostalgia dengan teman lamaku. Teman yang sudah lebih dari 3 tahun tak bersua. Teman yang kebetulan sekali menyimpan kenangan dengan lantunan lagu Melompat Lebih Tinggi milik band asal kota setempat pula. Dan kenangan di Jogja dengannya 7 tahun silam sebagai teman sekolah di MI.
Tak perlu kusebut namanya namun bertemu dengannya sangatlah menyenangkan. Karena dah janjian sebelumnya sepanjang hari itu kami menyusuri pusat kota Jogja bersama. Mulai dari awal perjalanan ketemuan di halte dekat FK UGM melewati monumen Tugu dan berhenti di benteng tua, Van den Burg Fort alias benteng Vredeburg. Wuih, aku langsung histeris dalam hati ‘Nie tempat keren banget! Kemana saja aku selama ini paz lewat sini’. Yang belum tahu tempat apa itu Vredeburg? Vredeburg adalah benteng tua bangunan Belanda pada masa VOC dan sekarang dijadikan semacam museum dengan puluhan diorama tentang masa perjuangan bangsa Indonesia. Pokoknya tempat yang bagus lha buat belajar sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Nah, nasionalisme bisa dipupuk tuh. Hehe. Pokoknya ini tempat yang keren. Jangan segan2 masuk museum di Jogja karena museumnya keren2. ^^
Selanjutnya aku jalan2 ke Taman Pintar, ke Taman Budaya, dan menyusuri ruko toko buku disampingnya yang mengingatkanku pada Wilis, toko buku murah di Malang, namun disini penataan bukunya lebih teratur. Sayang, gak ada anggaran beli buku, cz sebelumnya dah beli buku di Surabaya, huhuhu.
Next, ke aloon-aloon utara, melihat tenda2 perayaan Sekaten. Maklum Ciel datang bertepatan dengan bulan Mulud alias bulan kelahiran Nabi. Dan apesnya, Keraton ditutup gara2 hal ini juga. Ya, namun aku gak kecewa. Toh dah berkali2 masuk ke dalamnya dulu...
Perjalanan pun berlanjut melewati bangunan2 tua sepanjang kilometer nol Kota Pelajar itu. Btw, Kawasan Nol Kilometer adalah tujuan yang paling kunanti diantara list tempat yang ingin kukunjungi di Jogja. Memang kalian pikir ya, itu hanya jalanan biasa. Tapi bagiku kawasan itu sungguh luar biasa. Persimpangan lalu lalang di pusat kota tua dengan sentuhan tradisional dan segala kesederhanaannya. Sungguh menawan dan eksotis! Memang pantas kota itu dijuluki Romantic City, karena entahlah, aku tak bisa mengungkapkannya. Yang jelas lokasi itu telah mencuri hatiku. *Wew, lebay~
Ok, setelah dari situ akhirnya jalan2 ke tempat belanja paling indah di dunia, Malioboro. Jalanan yang sangat identik sekali dengan kota Batik dengan segala atribut Jawanya. Pasar Beringharjo, es Dawet, dan Batik memang tak bisa lepas darinya.
Hm... begitulah sebagian besar perjalananku di Jogja Never Ending Asia itu. UGM termasuk lokasi favoritku karena kerindangannya yang bertolak seratus delapan puluh derajat dengan kampusku, huhuhu. Dan tidak lupa transjogja beserta seluruh shelternya, hujan Jogja yang agresif, dan tentu saja bakpia menjadi kenangan tersendiri, hahaha.
Ya, sudahlah ceritanya... Capek nie, hehe...
Gak pernah kapok meski berkali2 datang ke tempat ini. Saya berjanji dalam hati akan kembali lagi dengan petualangan baru yang lebih menarik dan bersama partner perjalanan baru mungkin. Hm... siapa ya? *mikir* See you later Yogyakarta... Hey, aku belum mengunjungi Merapi dan pantaimu lho. Dan aku tahu masih banyak lagi tempat menarik lainnya. Gag sabar deh menanti saat itu tiba. Dan akhirnya petualangan 3 hari di Jogja pun berakhir (termasuk pengalaman ketinggalan kereta), dan Sabtu, 12 Februari 2011 aku pun pulang kembali ke kota Jombang tercinta. ^^

Tidak ada komentar: