I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Rabu, 11 April 2012

Mengapa kaca spion selalu lebih kecil daripada kaca depan mobil?

Mengapa kaca spion selalu lebih kecil daripada kaca depan mobil?

Semua pasti sudah tahu apa arti kalimat tersebut. Ya, kita memang seharusnya lebih banyak menatap ke depan daripada menoleh ke belakang.
Move on! Walk on! Look forward! Begitulah katanya. Menatap masa depan? Atau mungkin meraba masa depan. Hm... tahukah? Kurasa bila Ciel adalah bintang, bintang itu kini mulai redup. Menurutmu mengapa? Apa mungkin  karena cahaya bulan dan matahari terlalu terang? Hahaha, kenapa harus menyalahkan mereka? Tentu saja tidak! Ya, ini semua karena aku sendiri. menjadi bintang yang mulai kehilangan arah. Redup oleh kabut mungkin. Sehingga meski langit semakin gelap pun ia tidak malah bersinar terang, namun cahayanya nampak melemah. Layu seperti mawar yang mulai mengering.
Entahlah! Ciel sudah lupa apa itu masa depan. Kau tahu? Ciel benar-benar takut. Jika ada di mobil itu mungkin Ciel sedang dalam posisi di mobil yang berhenti. Dengan sesekali melihat ke depan dan sesekali melihat ke spion. Lantas tidak malah bergerak namun malah menundukkan kepala ke bawah, bingung dan takut. Sementara di mobil itu Ciel duduk di depan kemudi sendirian, hening dan membosankan, tanpa ada musik yang mengalun atau teman yang berceloteh. Seperti perempuan lainnya pada umumnya, Ciel tak bisa berbuat apa-apa untuk melawan pemikirannya selain hanya mengalirkan air dari sudut matanya. Menangis, terisak dalam diam, dalam kesepiannya.
Menyedihkan? Tentu saja tidak. Life is like a roaller-coaster. Mungkin ini hal yang biasa ketika harus berada pada posisi di bawah.
Masa lalu itu adalah kenangan...
Apa yang paling diingat dari masa lalu selain luka dan kerinduan? Sedih ketika memang kisah itu menyedihkan, namun sedih juga jika kisah itu membahagiakan, lantas rindu pada kenangan..

Tepat di tanggal yang sama. Dua tahun yang lalu: 11 April...
Hari itu Ciel yang masih menguap setelah begadang semalaman terhuyung antri mandi di suatu kos di Surabaya. Hm... kurasa semua habis begadang, bedanya ketika itu Ciel begadang buat nonton tv series, sedangkan temen2 begadang karena belajar, selebihnya tidur menyiapkan fisik yang prima untuk hari itu.
Ya, hari itu adalah hari Ciel tes PMDK Jalur Prestasi di Unair. Dan seperti yang telah sering Ciel ceritakan sebelumnya, pilihan pertama jatuh pada Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, lalu pilihan kedua Kesehatan Masyarakat di FKMUA.
Itu adalah tes pertama Ciel dalam rangka menuju jenjang yang lebih tinggi. Jujur rasanya sangat excited. Jalan-jalan di area kampus, melihat orang-orang yang sibuk dengan bacaan sebelum tes, dan sebagainya membuat Ciel ingin tertawa, dan tentu saja tak sabar ingin merasakan bagaimana itu kuliah.
Sejujurnya, Ciel tak pernah berpikir akan mengambil Unair sebagai pilihan studi. Ya, tak pernah sekalipun terpikirkan sepertinya. Semua dijalani dengan santai, mengalir begitu saja seperti air. Tentu saja tetap berharap diterima PMDK tapi berharap untuk pilihan kedua, tak pernah sedikitpun hati ini mengharapkan akan terpilih di pilihan pertama.
Ya, kurasa tanggal itu tak akan pernah terlupakan di memori otakku. Sampai sekarang pun aku masih bisa melihatnya melalui kaca spionku. 11 April 2010 yang bersejarah.

Kini..
Tak bisa kupungkiri dan aku tak akan bisa mengelak lagi bahwa disinilah aku sekarang. Tepat di pilihan pertama aku memilih dua tahun yang lalu. Lantas mengapa hingga kini aku belum bisa menerimanya? Tak berguna lagi kata andai. Ya, andai aku tak ada di ruangan tes itu kala itu. Andai aku tak pernah memilih pilihan pertama itu. Dan andai-andai yang lain yang tak berguna. Sampai disini pun kaca spion itu masih menarik perhatianku.

Mengapa takut menatap ke depan?
Karena Ciel sudah lupa bagaimana caranya. Jika aku bunga matahari mungkin aku sudah lupa bagaimana cara menatap ke arah matahari. Mungkin saja karena aku layu, atau apalah itu.
Impian-impian Ciel itu sedang berterbangan seperti dandelion yang tertiup angin, namun aku tak mengerti kemana lantas mereka akan pergi. Ya, semua serba mengambang. Itu membuat Ciel takut. Bukan karena apa, tapi karena Ciel tak tahu siapa yang bersama mereka kini. Ya, dandelion memang bunga liar, dan kini dia kesepian.
Seperti itulah, Ciel takut karena banyak memikirkan kemungkinan. Dan lebih karena dia ‘kesepian’.
Bukan! Tentu saja itu bukan dalam arti yang sebenarnya. Ciel mencintai hidupnya, mencintai impiannya, dan mencintai teman-temannya.
Namun, ada begitu banyak teman, tapi Ciel tak tahu harus berbagi ke siapa?
Seperti kata Futo-kun, menyendok kebahagiaan itu mudah, yang penting adalah ada atau tidak teman untuk berbagi. Kau pikir si introvert ini mudah membagi kisahnya? Tentu saja tidak! Begitu juga dengan impiannya.
Seperti kisah Peter Pan dan Wendy, Ciel hanya berharap agar tak terlalu lama, ada seseorang yang mengetuk kaca mobil itu, duduk di samping Ciel dan menemani Ciel dalam perjalanan kehidupan Ciel. Seperti Peter yang membawa Wendy ke Neverland. Berceloteh riang bersama, menghapus airmata, membicarakan mimpi bersama, dan dengan keberanian bersama menatap masa depan.

19:12, 11 April 2012, dua tahun setelah hari itu
Ciel

Tidak ada komentar: