I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Kamis, 07 Februari 2013

Love Talk


Dulu saya sempat merasa iri dengan teman-teman yang telah merasakan pengalaman cinta. Jatuh cinta, mengungkapkan cinta, atau menjadi sasaran atas pengungkapan cinta. Dulu sangat penasaran memang gimana sih rasanya. Ya itu dulu. Sebelum saya berkenalan dengan dunia yang lebih bijaksana.
Hingga saya mencapai kesepakatan dengan hati bahwa tidak ada cinta yang benar-benar cinta jika diungkapkan sebelum menikah. Dan saya sangat bersyukur tidak pernah memiliki pengalaman cinta sebelumnya. Masa-masa SMA sangat membentuk karakter Ciel yang semacam itu. Meski sempat tidak suka masuk SMA itu tapi pada akhirnya Ciel menyadari bahwa banyak pelajaran lain yang Ciel dapatkan yang mungkin tidak Ciel dapatkan di sekolah lain, class of Universe.
Ketika SMA mempelajari bahwa kelak kita akan menjadi seorang ibu, kelak kita akan menjadi seorang isteri membuat kita memiliki pemahaman bahwa hidup kita sekarang adalah persiapan menuju titik itu. Yah, bukannya mencari cinta melalang buana dan mengaplikasikannya dengan pacaran atau berpuisi cinta, galau tentang cinta. Hm... amit-amit.
Ketika SMA juga Ciel telah mengenal cinta yang jauh lebih hakiki. Cinta karena Allah. Cinta pada seseorang yang berjalan bersamamu, melangkah selaras dengan langkahmu, yang hatinya telah tertaut denganmu. Sehingga ketika suatu hari ada seseorang yang bertanya dalam kuesioner tentang “Apakah Anda telah merasakan manisnya iman?”. Saya tak ragu lagi untuk menjawabnya iya. Karena cinta yang didasarkan pada keimanan adalah hierarki tertinggi dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Saya masih ingat bagaimana mendapatkan 7 juta dalam waktu kurang dari 2 hari untuk membantu salah satu teman saya masuk ke salah satu universitas di Jogja dikarenakan dia tidak memiliki biaya untuk itu. Sebenarnya 11 juta, tapi  4 juta sudah terkumpul dalam 2 minggu  dan masih kurang 7 juta. Saya ingat betapa jarkom itu sampai ke tangan kami dan kami berpencar ke seluruh penjuru Jombang hanya untuk menggalang dana bagi teman kami. Ke siapapun. Dan sungguh keren pada akhirnya uang yang kami kumpulkan dalam waktu kurang dari 48 jam malah lebih 300ribuan. Dan saya ingat hari itu juga mengantar teman saya ke stasiun, melihat teman saya berangkat ke Jogja membawa uang yang kami kumpulkan dengan penuh haru dan bahagia.
Itu salah satu bentuk cinta.
Seseorang bilang cinta sejati adalah melepaskan kan? Dan sepertinya saya sungguh memahaminya. Ini tentang seseorang dan saya. Entah sejak kapan saya mencintainya. Dan entah sejak kapan dia mencintai saya. Namun saya tidak ragu jika hati kami telah tertaut. Rasulullah mengatakan jika kau mencintai seseorang maka ungkapkan. Itulah pertama kalinya saya mengungkapkan rasa cinta saya kepada seorang sahabat. Dan saya begitu senang ketika dia menjawab dengan hal yang senada. Kita bersahabat dalam naungan Nya. Hingga waktu memisahkan kita dan jarak menempatkan kita di tempat masing-masing. Saat itulah kesejatian cinta kita diuji. Cinta sejati sungguh benar-benar melepaskan. Jarang sekali kita berkomunikasi. Karena cinta tidak harus membuat kami bersama. Karena cinta begitu bebas dan membebaskan. Bahagia mendengar kabarnya yang lama tak bersua adalah bentuk manis dari cinta. Bahagia mendengarnya bahagia. Kami berusaha di tempat masing-masing. Tentang komunikasi, sebenarnya tak begitu perlu mengungkapkan sayang dengan sms atau telepon setiap saat. Justru saya dan dia jarang sekali melakukan itu. Kita benar-benar berusaha hidup di tempat masing-masing dengan baik. Karena yang menghubungkan kami hanya doa rabithah yang kami panjatkan kepadaNya agar tetap menautkan hati kami. Selalu berdoa untuknya untuk yang terbaik baginya. Tak perlu cemburu ketika dia memiliki teman lain yang begitu baik kepadanya. Tak perlu pamrih. Tak perlu mengharap balasan. Karena cinta sejati adalah cinta yang memberi. Cinta sejati bukanlah cinta possessive, saya semakin setuju jika cinta sejati adalah melepaskan. Menyerahkan segalanya, berpasrah segalanya, berharap pada kepercayaan dan harapan.
Usiaku hampir 21. Dan Ciel masih tetap pada garis awal, ingin jatuh cinta hanya sekali pada orang yang tepat, pada waktu yang tepat. Godaan tentu banyak. Asal akal dan hati masih berkomunikasi dengan baik inshaALLAH godaan bisa segera pergi. Terkalahkan oleh kesadaran pada prinsip awal.
Menjaga hati cukup susah bagi orang yang memainkan perasaan dalam berteman. Salah satu yang membuatnya bertahan adalah peran akal untuk mengingatkan. Seseorang pernah bertanya apa kita harus menunggu cinta baru menikah? Bolehlah jika dijawab iya, tapi tidak juga bisa. Ah, saya tidak terlalu memahami tentang jatuh cinta atau apalah itu.
Saya telah menyadari betapa pentingnya persiapan menuju ke arah sana sejak SMA. Sejak berkenalan dengan orang-orang yang selalu mengingatkan itu. Saya hanya berharap jika hati ini masih perawan hingga saat itu tiba. Bukankah Rasulullah pernah bersabda jika tidak dianggap sirik maka saya akan menyuruh para isteri untuk bersujud kepada suaminya. Bagaimana mungkin kami para isteri tidak mencintai suami kita kelak jika kita disuruh memperlakukan suami begitu agung semacam itu. Hei, saya sudah menjawab pertanyaan seseorang bahwa cinta tak perlu hadir sebelum menikah. Dia akan hadir bersama komitmen, bersama visi, bersama dunia yang saling menyelaraskan. Di saat itu mereka akan menempatkan kertas kosong masa depan dan menggambarnya bersama-sama.
Kapan-kapan ngomongin ini lagi deh. Ini tidak mencakup semua yang saya pikirkan. Sekian.

Tidak ada komentar: