I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Jumat, 08 Februari 2013

Lelaki yang baik untuk wanita yang baik

Lelaki baik-baik hanya untuk wanita baik-baik. Sungguh tamak jika kami menginginkan pasangan yang sempurna, namun lupa mengaca pada diri sendiri tentang diri ini. Pantaskah dia bersanding denganmu?
Ini bukan tentang nama namun tentang sosok. Memang bukan sempurna kata yang pantas, namun yang ideal.  Bukan ideal secara umum, namun lebih ke arah cocok.
Ini bukan tentang pasangan, namun tentang teman hidup. Bukan tentang cinta, namun tentang tujuan. Tentang visi misi. Tentang kehidupan.
Bukan tentang suami, namun tentang imam. Pun juga tentang ayah bagi makhluk yang akan kausebut sebagai anak-anakmu.
Apatah penting? Tentu. Tidak akan rela wanita yang berpikir benar, menjadikan ayah yang tidak baik-baik bagi anaknya. Pun sebaliknya, jika lelaki itu benar berpikirnya tidak akan rela menjadikan ibu yang tidak baik-baik bagi penerusnya kelak.
Yah, begitu pula halnya dengan saya. Saya sungguh takut saya akan semakin khilaf. Bagaimanapun perbaikan adalah kunci utama menjemput masa itu. Saya tidak menginginkan yang sempurna, namun yang bisa menjadi imam bagi keluarga, yang menjadi pemimpin bagi kami, yang menjadi ayah yang baik bagi anak-anak kami, yang mencintai Nya diatas segalanya dan yang membuat kami pula semakin cinta pada Nya. Ini bukan tentang pasangan--sekali lagi--namun tentang keluarga kecil yang bercita-cita menciptakan peradaban besar. Yah! Tanggung jawab untuk melahirkan generasi-generasi terbaik itulah yang menuntut kami dalam perbaikan. Saya pun tak ingin jika ayah anak-anak saya nanti bukan orang yang baik-baik. Jadi sudah sepantasnya bagi kami untuk memilah dan memilih. Bukan sekadar pasrah pada pilihan. Meski bukan pula mencari bahkan menunggu.
Tapi apakah dia akan datang disaat diri ini tidak pantas  bersanding dengannya? Tentu tidak. Bukankah lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik? Bagaimana mungkin saya mendapatkannya jika masih di titik ini. Padahal saya ingin menjadi ibu--lebih dari menjadi isteri-- yang baik. Yang hebat, bukan dari saya, namun lebih karena menghebatkan generasi setelah kami. Bukankah menjadi wanita itu sungguh istimewa. Ia bukanlah lemah namun lembut. Ia bukanlah cengeng namun tegar. Ia bukanlah diam namun memikirkan banyak hal. Tanggung jawab moril tertinggi bagi seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya. Bukankah kami para wanita yang kelak akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kami? Apa kami telah mampu? Dan kami pun ingin seorang ayah yang mampu menjadi panutan bagi anak-anak. Apakah ayah yang baik akan hadir disaat kami para kaum hawa tidak berbenah? Sekali lagi--lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Sudah berapa banyak hafalanmu sayang? Sudah berapa buku hadits yang kau baca? Apakah Kitabullah itu hanya kau tonton atau kau tadaburi? Sudah selesaikah membaca shirah Islam? Sudah punyakah bekal untuk menjadi sosok yang menghebatkan jika kau tak mampu menghebatkan dirimu sendiri, hah? Dan ayah yang hebat itu tidak akan datang jika ibu yang hebat itu tidak ada. Yah, sekian. Selamat memperbaiki diri. Semoga bisa menjadi ibu yang baik. Aamiin~ \>0</

Tidak ada komentar: