Menapaki sesuatu bernama kehidupan, kuberlari dalam derasnya perjalanan.
Waktu membingkai lukisan-lukisan jiwa yang tak kunjung bersua.
Selalu ada dinding tak kasat mata.
Terasa begitu dekat namun terpisah oleh jurang yang lebar.
Lelah yang terbungkus asa.
Kembali berjalan.
Menemui bulan, matahari, dan bintang.
Buta akan cahaya yang menyilaukan.
Terpukul jatuh. Bersandar pada bumi dan kefanaan.
Terisak dalam kabut senja.
Hingga datang dunia menghitam.
Lalu tiba kau di hadapan.
Membawa lilin yang begitu kelam.
Sayup-sayup dengan cahaya yang samar.
Menuntun jiwa yang tertatih. Merangkul malam yang dingin.
Menuturkan kelembutan yang tak berujung.
Tak bisa melihatnya, tak bisa mendengarnya, tak bisa menyentuhnya.
Dan warna kembali bertebaran.
Namun jejak itu tak lagi ada.
Hanya satu yang tertinggal.
Rasa di dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar