I want to live my life to the absolute fullest

To open my eyes to be all I can be

To travel roads not taken, to meet faces unknown

To feel the wind, to touch the stars

I promise to discover myself

To stand tall with greatness

To chase down and catch every dream

LIFE IS AN ADVENTURE

Sabtu, 25 Juni 2011

Ya Rasulullah, kami rindu padamu...

Kejadian ini terjadi sepeninggal Rasulullah wafat, yakni ketika zaman khalifah Umar bin Khottob ra. Suatu malam Bilal bin Rabbah bermimpi bertemu dengan Rasulullah, Rasululullah mengatakan bahwa beliau merindukan Bilal karena lama tak bersua, begitu pula Bilal begitu gembira karena bertemu kembali dengan Rasulullah.
Kabar bahwa Bilal bermimpi bertemu dengan Rasulullah pun terdengar di seluruh penjuru Madinah. Hingga pada akhirnya khalifah Abu Bakar As Shiddiq meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan lagi. Setelah dibujuk akhirnya adzan yang merdu pun berkumandang terdengar seantero Madinah.
“Allahu akbar Allahu akbar!”
“Allahu akbar Allahu akbar!”
“Asyhadu an laa ilaaha illallah”
“Asyhadu an laa ilaaha illallah”
“Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”
“Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”
...
Dan adzan pun berhenti disini, sementara itu seluruh Madinah penuh dengan isak tangis. Mereka merindukan kehadiran Rasulullah di sisi mereka. Ya Rasul, sungguh kami rindu... Kami rindu padamu wahai Rasulullah!
Sebenarnya Bilal bin Rabbah tidak mau lagi adzan sepeninggal Nabi Muhammad saw. Alkisah, ketika Rasulullah wafat Bilal mengumandangkan adzan di pemakaman Rasulullah. Kemudian adzan itu berhenti di lafal Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Sementara isak tangis semakin membahana di sekitar pusara Khatamun Nabiyyin itu. Luar biasa haru biru yang terjadi kala itu. Rasul yang mereka cintai telah wafat. Tak ada satupun hari yang mereka lalui di Madinah yang lebih suram daripada ketika Rasulullah saw wafat. Kemudian Abu Bakar menyuruh Bilal untuk kembali adzan. Namun Bilal berkata, “Aku tidak akan mengumandangkan adzan sepeninggal Rasulullah. Apabila engkau menyuruhku karena Allah maka biarkanlah aku memilih.” Abu Bakar pun mengatakan bahwa ia menyuruh Bilal karena Allah bukan untuk dirinya. Dan Bilal pun memilih untuk tidak mengumandangkan adzan sepeninggal Rasulullah saw.
Subhanallah. Begitu besarnya cinta pemuda Afrika ini kepada Nabi Muhammad saw. Adzannya mampu menggetarkan hati kaum muslimin kala itu yang membawa ke klimaks akan kerinduan mereka yang begitu mendalam kepada sosok Utusan Allah yang terakhir, Rasulullah Muhammad SAW. Kita semua tahu bahwa Bilal adalah pemuda Afrika keturunan negroid asal Ethiopia yang berkulit hitam legam, namun kita semua pun tahu bahwa hatinya seputih kertas tanpa noda sedikitpun. Mengingat begitu tangguhnya pemudanya yang dulunya merupakan budak Umayyah dalam mempertahankan ketauhidannya. Di bawah padang pasir yang panas ditindih batu besar di dadanya hanya satu kata yang ia ucapkan: “Ahad.... Ahad.... Ahad....”. Subhanallah, begitu tangguhnya para umat di masa yang awal ini. Umat terbaik yang tak akan tergantikan oleh umat-umat sebelum maupun setelahnya. Assabiqunal awwalun yang teguh mempertahankan keyakinannya bahwa “Tiada Ilah selain ALLAH dan Muhammad adalah Utusan Allah azza wajala.”
Bahkan Rasulullah pun heran kepada pemuda ini. Suatu ketika Rasulullah Muhammad saw bertanya kepada Bilal, “ Wahai Bilal, amalan apa yang kau lakukan sehingga langkah kakimu selalu terdengar di depanku ketika memasuki syurga?”, sambil tersipu karena begitu girang bahwa Bilal akan memasuki syurga sebelum Rasulullah Bilal pun menjawab, “ Setiap kali saya berhadas maka saya akan segeri mengambil wudhu dan shalat dua rakaat, ya Rasulullah.” Subhanallah, begitu terjaganya wudhu sang Muadzin ini sehingga terompahnya pun terdengar dari syurga.
Bilal ra wafat ketika zaman khalifah Umar bin Khattab. Ketika itu ia sudah tidak tinggal di Madinah lagi namun di Syam. Saat itu amirul mukminin Umar ra datang berkunjung ke Syam. Dan ia meminta Bilal untuk mengumandangkan adzan. Dan Bilal pun mulai mengumandangkan adzan. Setelah lafal “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” suara adzan terhenti. Ketika itu seluruh penduduk yang ada disitu menangis keras. Dan yang paling keras adalah isak tangis khalifah Umar bin Khattab. Ya, itulah adzan terakhir Bilal bin Rabbah. Hingga ajal menjemputnya pun ia masih mengumandangkan adzan. “Hayya ala ash sholah” “Hayya alal falah” “Allahu akbar Allahu akbar” “LAA ILAAHA ILLALLAH”.
Yaa Rasulullah kami merindukanmu. Umat ini begitu merindukanmu yaa Muhammad. Allahumma shalli alaa Muhammad. Shallallahu alaihi wa sallam.

25 Juni 2011 16:36
Shilvi ‘Ciel’ Hurriyah
(dirangkum dari Radio Suara Muslim Surabaya 93.8 FM)

Tidak ada komentar: